Direktur penghargaan 'World Readers' Nury Vittachi mengatakan, suara-suara dari sastrawan Asia masih jarang terdengar di panggung dunia. "Tapi hari ini, kita mendeklarasikan perang terhadap mereka yang menyatakan sastrawan dan penulis di bagian timur dunia tidak bisa kaya, kuat, menyenangkan dan kreatif dalam dunia sastra," ujarnya, dikutip dari situs World Readers Award, Selasa (22/3/2016).
Simak: 'AADC? 2' Kolaborasi dengan Seniman Yogya, dari Eko Nugroho hingga Barista Pepeng
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah pernyataan yang diterima penyelenggara penghargaan, Eka Kurniawan mengatakan dirinya berbicara atas nama sastra Indonesia. "Aku di sini, berbicara lembut atas nama Indonesia di tengah dunia yang riuh," kata Eka.
Acara penganugerahan 'Cantik itu Luka' juga diberikan kepada penerjemahnya, Annie Tucker. Tucker menggambarkan novel Eka sebagai suara Jawa Barat yang khas, segar, dan baru bagi para pembaca. "Sekaligus membangkitkan pengaruh lokal termasuk kecerdasaan dan ruang lingkup teater wayang, cerita rakyat yang terkenal, horor Indonesia, dan seni bela diri bergenre fiksi," kata Tucker dalam pernyataan yang diterbitkan di PEN America.
Novel 'Beauty is Wound' diterjemahkan ke dalam 24 bahasa dan kritikus menyandingkannya dengan karya-karya Gabriel Garcia Marquez dan Fyodoor Dostoevsky. Sedangkan 'Man Tiger' dialihbasakan ke dalam 5 bahasa, dan di Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 lalu, nama Eka Kurniawan menjadi salah satu highlight dalam pameran buku tertua dan terbesar di dunia tersebut.
Selain Eka Kurniawan, seorang penulis muda bernama Gabrielle Mei Ying Tse (16 tahun) juga berhasil memenangkan penghargaan. Ia meriah piala untuk kategori Penulis Muda Tahun Ini untuk cerita pendeknya 'Terracotta'.
(tia/mmu)