Perkawinan antara musik dan sastra itu dimulai dengan alunan Rapsodia Nusantara nomor 3 yang berasal dari Maluku. Dilanjutkan dengan adaptasi karya Walt Whitman 'Darkness and My Lover' di puisi 'Sleepers' dibawakan solo oleh Ananda.
Tak ketinggalan, Ananda dan Mariska membawakan 'Retweeting @aanmansyur', 'Aku Tak Peduli' karya Eva Soraya, 'Yang Fana Adalah Waktu' dan 'Ketika Kau Entah Dimana' karya Sapardi Djoko Damono. Serta acara puncak yang perdana ditampilkan ke publik adalah adaptasi lima karya puisi Adimas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yakni, 'Sakal', 'Menanam Rahasia', 'Prabahita', 'Di Hadapan Rahasia' dan 'Iras'. Di sela-sela penampilannya, Ananda menyapa mereka yang hadir semalam.
"Selamat datang bagi penyuka puisi-puisi Adimas Immanuel. Kami awal bertemu pas 10 Januari lalu setelah saya dan Mariska tampil di New York Concert dan ngobrol tentang konsep konser ini. Dan adaptasi 'Iras' yang paling tersulit karena puisinya juga rumit," ujar Ananda menjelaskan kepada para hadirin.
![]() |
Konsep peluncuran puisinya, kata Adimas, adalah interpretasi karya dan pengubahan wahana yang bukan hal baru. "Tapi setiap interpretasi selalu memberikan ruang kemungkinan yang tak terdapat di karya asli. Dengan kemasan resital piano berpijak dari konsep yang saya usung di buku ini. Dari sastra ke musik," ujar penyair kelahiran 1991 ini.
Adimas sengaja mengajak Ananda Sukarlan untuk konsernya kali ini karena kiprahnya dalam musikalisasi puisi. "Saya kenal saat Mas Ananda datang ke ASEAN Literary Festival tahun lalu dan ngobrol tentang puisi-puisi. Kiprahnya selama ini saya rasa pas untuk di konser semalam," kata Adimas.
Kini, kumpulan puisi 'Di Hadapan Rahasia' (Gramedia Pustaka Utama, 2016) sudah tersedia di toko buku sejak 25 Januari.
(tia/mmu)