Sri Astari Rasjid Pameran Retrospektif 'Yang Terhormat Ibu'

Sri Astari Rasjid Pameran Retrospektif 'Yang Terhormat Ibu'

Tia Agnes - detikHot
Kamis, 18 Feb 2016 08:35 WIB
Foto: Tia Agnes
Jakarta - Bagi seniman Sri Astari Rasjid, tema feminisme dan maskulinitas menjadi hal terpenting dalam proses berkarya. Setelah memajang patung kebaya raksasa di Marina Bay Sands dalam ajang Singapore Art Week 2016, Astari akan menggelar pameran retrospektif 'Yang Terhormat Ibu' di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH), Bulaksumur, Yogyakarta pada 27 Februari-5 Maret 2016.

Karya-karya yang dipamerkan diciptakannya sejak 1998 silam dan dipilih mewakili perjalanan kreatif selama lebih dari 26 tahun. Kurator pameran, Adi Wicaksono mengatakan eksibisi yang disebut sebagai retrospektif ini mewakili pandangan-pandangan seniman dan pengalaman hidup yang dijalaninya.

"Astari adalah perempuan yang lahir dari budaya Jawa. Masa kecilnya banyak dihabiskan di banyak negara, kebudayaan modern dan global dalam hidupnya dilakoni sampai sekarang," ujarnya saat jumpa pers di Menteng Jakarta Pusat, Rabu (17/2/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara kultural, Jawa pun menjadi rahim dan tempat kembalinya. "Mother of nature," tegasnya.

Eksibisi 'Yang Terhormat Ibu' digunakan sebagai lambang sosok ibu yang dihormatinya. Ibu memiliki rahim tempat berlangsungnya penciptaan manusia dan ibu sebagai lambang kesuburan dan penjaga keberlangsungan manusia. Selama karirnya, Astari banyak mengembangkan bentuk-bentuk simbolik yang berkaitan dengan unsur dasar yang dimiliki oleh setiap individu, yaitu daya maskulin dan feminin.



Nantinya, ada delapan lukisan yang bakal dipajang. Serta seni fotografi yang baru saja dilakoni Astari sebanyak empat, seni patung ada tujuh, dan sembilan karya seni instalasi.

Carla Bianpoen yang pernah berperan sebagai kurator Paviliun Indonesia di Venice Biennale 2015 menambahkan karya Astari memang berbasis tradisi Jawa dan masih melekat padanya sampai sekarang. "Dia melihat budaya Jawa dan memandangannya dengan kacamata zaman sekarang. Tidak menolaknya tapi menumbuhkannya," katanya.

Astari adalah seniman kontemporer yang aktif berkarya sejak awal dekade 1990-an. Karya-karyanya banyak ditampilkan di berbagai medium dan bertaraf internasional. Pada 2013 lalu, Astari menjadi salah satu seniman yang mewakili Indonesia di Venice Biennale. Tahun ini, dia dilantik sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Bulgaria merangkap Albania dan Makedonia.

Selain pameran seni rupa, Astari akan menampilkan karya tari berbasis Tari Bedhaya karya koreografer muda Retno Sulistiarini. Tari tersebut akan dipentaskan di panggung instalasi berupa bangunan Joglo yang dikelilingi wayang kayu 9 buah. Tari berjudul 'Garba' ini ditarikan oleh para penari yang semuanya perempuan. Selain itu, ada pentas puisi Jawa, dan pagelaran Wayang Kulit oleh dalang Ki Seno Nugroho. Pada malam pembukaan, eksibisi juga bakal dibuka oleh GKR Hemas.


(tia/tia)

Hide Ads