Ai memprotes kebijakan dari pemerintah Denmark yang memutuskan untuk mengambil barang berharga dari para pengungsi dan pencari suaka di negara tersebut. Eksibisi tunggalnya berjudul 'Ruptures' telah berlangsung sejak Maret 2015 lalu dan rencananya bakal berakhir di bulan April.
Baca Juga: Penulis Bandung Terbitkan Novel Fiksi Spionase 'Subject 09'
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Meski tidak terkejut dengan keputusan Ai, namun Faurschou tetap berharap ada solusi bagi masalah para pengungsi.
Pada 2015, ada 21.000 pencari suaka yang ingin tinggal di Denmark. Sedangkan Denmark bukan negara Eropa pertama yang menuntut aset berharga dari para pengungsi. Sebelumnya, ada Swiss yang juga memberikan aturan bahwa pencari suaka harus menyerahkan aset di atas $ 1.000.
"Ketika Ai tinggal di negaranya, dia membuat karya seni dari permasalahan di sana. Sekarang dia tinggal di Eropa dan menunjuk terhadap masalah di sini. Ai Weiwei memiliki suara global," pungkasnya.
Awal Januari, Ai dikabarkan telah membuka sebuah studio seni di Pulau Yunani bernama Lesbos. Melalui seni, Ai ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap persoalan pengungsi. Studionya pun dikelola oleh murid-muridnya dari Tiongkok dan Jerman, serta akan menghasilkan beberapa protek dengan tema yang berkaitan dengan krisis pengungsi.
(tia/doc)