Kecintaan Jepang terhadap budaya aslinya patut dicontoh oleh Indonesia. Bahkan, mereka punya cara sendiri untuk melestarikan budaya turun temurun agar tetap digunakan hingga masa depan.
Pemerintah Jepang mewajibkan para warganya untuk terus menggunakan barang-barang peninggalan leluhur hingga kini. Hal tersebut dilakukan agar kerajinan-kerajinan tersebut tak akan punah ditelan modernisasi zaman.
Belum lama ini, detikHOT diberi kesempatan langsung untuk mengunjungi sebuah museum yang diberi nama Fureaikan, atau Museum Kerajinan Tradisional Kyoto. Di sini, Anda bisa melihat barang-barang peninggalan leluhur apa saja yang hingga kini masih terus digunakan oleh seluruh warga Jepang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boneka-boneka Kyoto ini sebelumnya hanya dimiliki oleh anak-anak bangsawan di Zaman Heian (abad 8 hingga 12). Namun kini, siapapun bisa memiliki boneka-boneka tersebut yang sudah semakin beragam bentuknya mulai dari boneka ukiyo (boneka yang merepresentasikan perempuan jelata), boneka hina (mewakili Festival Anak Perempuan anggota kekaisaran), boneka gogatsu (untuk Festival Anak Laki-laki) dan masih banyak lainnya.
Ada juga barang-barang seperti kipas tradisional, topeng, lampion-lampion hingga alas makan yang hingga kini masih terus digunakan dan dilestarikan oleh masyarakat Jepang. Namun, jangan heran jika harga-harga penjualan sejumlah kerajinan melonjak tinggi.
Seiring berkembangnya zaman, beragam modifikasi pun dilakukan untuk lebih menghargai peninggalan tersebut. Salah satunya sebuah altar yang hingga kini masih bisa ditemui di berbagai rumah-rumah warga Jepang.
![]() |
Namun, altar yang dipamerkan di Museum Kerajinan Tradisional Kyoto bukanlah altar biasa. Altar tersebut dibuat sedemikian rupa dengan dilapisi emas sehingga menjadi satu-satunya yang paling mahal di Jepang. Jika tertarik dengan Altar tersebut, warga Jepang diharuskan untuk merogoh kocek sebesar Rp 40 juta. Wow!












































