"Ia mbok saya. Ia membantu ibu saya, dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih," tulis Bung Karno dalam pengantar bukunya 'Sarinah: Kewadjiban Wanita dalam Perdjoeangan Republik Indonesia' (1963).
Nama 'Sarinah' memang dikenal sebagai nama pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia. Salah satu bukti peninggalannya yang masih bisa dikunjungi publik adalah gedung Sarinah di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat.
Namun, di balik itu semua nama 'Sarinah' memiliki sejarah panjang dari era Soekarno. Lewat sosok 'Sarinah', Bung Karno belajar bagaimana mencintai rakyat jelata dan hubungan antar masyarakat. Dikutip dari situs Jakarta Biennale, ketika Bung Karno tengah melawat ke sejumlah negara, ia terinspirasi ingin membuat pusat perbelanjaan serba ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gedung yang ke-2 ini sedang proses bangun blok-blok karyanya. Yang bangunan depan, sudah selesai kami install untuk simposium dan skatepark," ujar Dosma Ruth Belinda, media relations Jakarta Biennale 2015 kepada detikHOT ketika mengunjungi lokasi, Rabu (4/11/2015).
Kurator seni kelahiran Inggris Charles Esche yang juga menjadi kurator Jakarta Biennale 2015 juga mengungkapkan alasan Yayasan Biennale memilih lokasi tersebut. Gudang tua Sarinah dinilai sebagai bangunan yang terbilang unik.
"Ini berbeda dari galeri yang biasa dipakai untuk ruang pamer atau ruang publik lainnya. Gedung ini punya sejarah panjang bagi Indonesia dan juga gedung tua yang harus dihidupkan lagi," katanya.
Dia menyakinkan bahwa gudang Sarinah akan menjadi ruang yang asyik untuk memasang karya dari sekitar 70 seniman ternama Tanah Air. Gudang ini pun sebelumnya pernah dipakai untuk pengumuman malam penghargaan 'Go Ahead Challenge' pada Agustus lalu. (tia/tia)