Selain itu, pada set kendi, gelas, dan piring (2015) ditambahkan motif batik kawung dengan teknik toreh (hand-drawn sgraffito), yang dia terapkan juga pada pot besar bermotif batik Bali.
"Peralatan dapur" dengan tampilan lebih sederhana dibuat Haryo Senggono, seperti wadah dan bejana (2014-2015). Bermedium tanah liat diglasir, Haryo menerapkan teknik sederhana pinch, slab, coil, dan throwing.
Karya-karya tersebut terangkum dalam pameran keramik berjuluk "Identitas di Museum Seni Rupa dan Keramik" pada 16-25 Oktober 2015, yang mengusung karya 13 seniman keramik Ibu Kota Jakarta. Seniman itu antara lain Adhy Putraka, Bregas Harrimardoyo, Evy Yonathan, F. Widayanto, Haryoadiputro Soenggono, Geoffrey Tjakra, dan Silayana Setiadarma, yang mengusung ciri khas masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Ada Matahari di Matamu… Ada Rembulan di Senyumanmu, Silayana membentuk wajah lugu lima kanak-kanak dalam busana Tiongkok dan busana Eropa. Bunga-bunga ungu menghiasi dada mereka.
“Saya suka sekali dengan ekspresi anak-anak. Senyuman mereka adalah sekuntum indah kasih sayang, keceriaan, kegembiraan. Ekspresi hati paling jujur yang bisa bercerita tentang apa saja,” ujar Silayana pada hari pembukaan pameran.
Karya F. Widayanto, yang ditempatkan tak jauh dari pintu masuk, adalah seri Al-Oud (2013). Al-oud adalah instrumen musik berdawai asal Semenanjung Arab. Di Indonesia dikenal sebagai gambus. Alat musik ini punya 3 hingga 12 senar dan digunakan untuk mengiringi nyanyian dan tari zapin dalam pesta pernikahan atau syukuran.
Berita selengkapnya di Majalah Detik edisi 204!
(tia/tia)