Naskah Kuno 'Serat Centhini' Dibacakan di Hadapan Publik Jerman

Naskah Kuno 'Serat Centhini' Dibacakan di Hadapan Publik Jerman

Tia Agnes Astuti - detikHot
Selasa, 13 Okt 2015 16:17 WIB
Naskah Kuno Serat Centhini Dibacakan di Hadapan Publik Jerman
Dok.FBF 2015
Jakarta - Enam seniman dari berbagai negara bergabung dan ikut membacakan naskah kuno 'Serat Centhini'. Tak hanya itu, karya Linus Suryadi di akhir 1970-an yang berjudul 'Pengakuan Pariyem' juga dibacakan dalam lima bahasa. Untuk pertama kalinya, dua karya sastra Jawa dipentaskan di hadapan publik Jerman di Universitas Goethe, Frankfurt dalam rangkaian gelaran Frankfurt Book Fair (FBF) 2015.

Penerjemah 'Serat Centhini' dalam bahasa Prancis, Elizabeth Inandiak hadir sebagai salah satu penampil. Ia tampil bersama aktor kawakan Landung Simatupang, serta Jennifer Lindsay sebagai penerjemah yang 'Pengakuan Pariyem' ke bahasa Inggris, dan penerjemah ke bahasa Jerman, Christina Schott.

Pembacaan nukilan kedua karya itu secara apik ditampilkan dengan iringan gitar Tommy Simatupang. Penyanyi dan komposer Endah Laras membawakan tembang yang diambil dari cuplikasi kedua karya tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam keterangan pers yang dirilis Selasa (12/10/2015) disebutkan, mereka membacakan sekaligus menembang sampai mengajak penonton berinteraksi. Pariyem dan Centhini yang terpisah dalam dua era adalah perempuan Jawa yang mengisahkan hubungannya dengan tuannya yang mereka abdi. Melalui kata-kata mereka, pembaca bisa merasakan bagaimana perubahan terjadi di dunia Jawa, yang sebagian digambarkan melalui erotisme yang jujur.

"Apa yang digambarkan Centhini sangat Jawa, namun juga sangat global. Ia menggambarkan permasalahan kontemporer dan universal," kata Elizabeth Inandiak.

Pertunjukan 'Serat Centhini' merupakan pembuka dari peringatan 70 tahun produksi teks Indonesia yang diadakan di Universitas Goethe, Jerman. Indonesia pun menjadi tamu kehormatan di gelaran Frankfurt Book Fair pada 14-18 Oktober. Saat pembukaan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan bahasa adalah kunci utama.

"Penulisan dan karya literatur Indonesia berperan penting dalam transformasi Indonesia," katanya.

(tia/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads