Karya tersebut memungkinkan para pengunjung untuk berjalan melalui labirin hujan hingga ruang yang benar-benar kering. Bahkan pengunjung juga bisa main hujan-hujanan di ruangan tersebut, tanpa basah-basahan. Pengalaman fantastis ini terlihat di berbagai potret yang diabadikan pengunjung.
'Rain Room' di Yuz Museum Shanghai terinspirasi oleh pameran sebelumnya yang diselenggarakan di Museum of Modern Art (MoMA) di New York. Saat itu eksibisi dikuratori oleh Direktur MoMA Klaus Biesenbach dan jajarannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Napak Tilas Tempat Lahirnya Kaum Hippies di Haight-Ashbury
Namun, di saat yang bersamaan karya seni tersebut mampu menciptakan suasana intim sekaligus kontemplasi bagi yang mendatanginya. Eksibisi ini juga mengeksplorasi peran seni, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kecerdikan manusia dalam menstabilkan lingkungan.
"Rain Room juga bisa disimbolkan sebagai fenomena alam dengan tampilan atraktif serta mengajak pengunjung untuk bermain," katanya.
Simak: UWRF 2015 Umumkan 165 Nama Penulis Indonesia dan Mancanegara
Setelah dipamerkan di Yuz Museum Shanghai, 'Rain Room' akan dibawa tur keliling ke mancanegara seperti Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya sepanjang 2016. Apakah 'Rain Room' bakal berkunjung ke Indonesia?
(tia/ron)