Penulis novel 'Pulang', Leila S Chudori termasuk salah satu nama yang paling awal disebut sebagai bagian dari 70 penulis yang akan diberangkatkan ke Frankfurt Book Fair 2015. Namun, sebenarnya sebelum Indonesia ditetapkan sebagai tamu kehormatan di acara tersebut, 'Pulang' sudah dilirik sejumlah penerbit internasional.
Salah satunya penerbit asal Jerman, Weidle Verlag. Novel yang diprediksi akan menarik perhatian warga Jerman tersebut rencananya akan dicetak sebanyak 3 ribu kopi. Ketika dihubungi detikHOT, Kamis (2/7/2015), Barbara Weidle dari penerbit tersebut menjelaskan prosesnya.
"Kami membaca terjemahan bahasa Inggris 'Pulang' oleh John McGlynn dan memutuskan bulan Agustus 2014 bahwa kami akan menerbitkan novelnya dalam bahasa Jerman," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: 70 Nama yang Akan ke Frankfurt Book Fair 2015 Masih Terkendala Birokrasi
Leila S Chudori sendiri menuturkan, setelah 'Pulang' terbit 12 Desember 2012, John McGlynn dari Yayasan Lontar langsung mengusulkan agar ia memiliki agen sastra. "Perlu digarisbawahi tanggal dan tahun tersebut, Indonesia belum ditunjuk sebagai Guest of Honour di FBF," katanya kepada detikHOT, Kamis (2/7/2015).
Hingga akhirnya pada 2013, Leila pun bekerja sama dengan Pontas Literary Agency. Lewat draft awal terjemahan bahasa Inggris yang dikerjakan oleh John McGlynn, Pontas sudah menggedor banyak penerbit. Pada Oktober 2014, novel 'Pulang' terjemahan bahasa Prancis diluncurkan pertama kali di Paris.
Setelahnya, ada penerbit Belanda bernama De Geus. Penerjemah Henk Maier yang juga menerjemahkan tetralogi Pramoedya Ananta Toer pun tertarik menerjemahkan 'Pulang' ke dalam bahasa Belanda.
"Selain penerbit Jerman, ada penerbit Deep Vellum dari AS yang juga tertarik menerbitkan 'Pulang'. Saat itu Indonesia sudah ditunjuk menjadi Guest of Honor, tapi masih belum bergerak. Dan Komite saat itu masih Komite lama saat Mendikbud di masa pemerintahan SBY," ujar Leila.
'Pulang' dianggap penting untuk segera diterjemahkan --ada atau tidak ada dana dari Indonesia. Kontrak dengan pemerintah Indonesia tentang dana penerjemahan terjadi di Leipzig Book Fair Maret 2015 lalu.
"Kami bekerja dengan biaya kami sendiri di bulan April selama dua minggu. Kami bertemu dengan penulis dan penerbit," ungkap Barbara. "Komite Frankfurt Book Fair dari Indonesia sama sekali tidak menyarankan penulis kepada kami," tambahnya.
(tia/mmu)