Opera Rossini yang mengisahkan tentang tentara bernama William Tell ini baru saja dibuka beberapa hari lalu. Direktur produksi Kasper Holten mengatakan pihaknya tidak bermaksud membuat adegan yang tak nyaman ditonton.
"Mohon maaf jika masyarakat menemukan kenyataan yang menyedihkan," ungkapnya dilansir dari BBC, Rabu (1/7/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adegan brutal tersebut menampilkan perempuan yang disiksa selama masa peperangan. Saat itu, kekerasan seksual menjadi kenyataan pahit dan tragis. "Mungkin karena durasinya lebih lama dari seharusnya, itu juga yang dikritik publik. Tapi tetap saja, saya merasa penderitaan ini tidak boleh disembunyikan," katanya lagi.
George Hall, salah seorang pengkritik juga menyebutkan bahwa adegan tersebut adalah malam yang sangat mengerikan dan terlalu memprovokasi. "Tidak intelektual, terdapat emosional yang kasar dan hasilnya sangat standar."
Kritikus teater dari Sunday Express Michael Arditti juga menyebutkan seharusnya produksi teater memberikan titik pencerahan. "Dari awal sampai akhir membuat kecewa dan bisa dibilang sebagai 'sampah'," ungkapnya.
Pertunjukan ini disutradarai oleh Damiano Michieletto. Ini bukan pertama kalinya juga, ia mendapatkan protes. Sebelumnya produksi 'Verdi's Un Ballo in Maschera (A Masked Ball)' di La Scala pada 2013 juga diprotes ketika adegan di dalam kamar mandi.
(tia/ron)