Tolak UPT TIM, 200 Seniman Jakarta Bakal Gelar Kemah

Aksi Seniman Jakarta #Save TIM

Tolak UPT TIM, 200 Seniman Jakarta Bakal Gelar Kemah

Tia Agnes Astuti - detikHot
Kamis, 18 Jun 2015 11:45 WIB
Aksi Masyarakat Seni Jakarta yang digelar Januari 2015 (Dok.Tia Agnes)
Jakarta - Sekelompok seniman yang menamai dirinya sebagai Masyarakat Seni Jakarta kembali berembuk membahas kisruh pengelolaan TIM. Sejak dikeluarkannya Peraturan Gubernur (Pergub) 109 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola PKJ TIM hingga kini persoalannya belum usai.

Koordinator Masyarakat Seni Jakarta, Aidil Usman mengatakan dalam waktu dekat pihaknya akan menggelar 'Kemah Kebudayaan'. Serta mengajak 200 seniman dan komunitas di sekitar Jakarta.

"Tentunya sebelum itu, kami tetap akan public hearing kepada DPRD, Pemprov DKI dan pihak terkait lainnya," ungkapnya usai jumpa pers di Galeri Cipta II kompleks TIM, Jakarta Pusat, Rabu (17/6/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca Juga: Seniman Kembali Bahas Kisruh Pengelolaan TIM

Konsep 'Kemah Kebudayaan' ini hampir disetujui oleh para seniman yang hadir di Galeri Cipta II. Bahkan, kata Aidil, ada beberapa seniman yang bersedia untuk membakar karya seni buatannya.

"Bukan karya yang dibayari tapi karya yang dia buat dan ada di tangan kolektor, dibeli lagi lalu dibakar. Saya optimis nanti akan terbuka ruang dialog yang lebih besar," lanjutnya lagi.

Rencananya, aksi besar-besaran tersebut akan dilakukannya setelah bulan Ramadan berakhir. "Mungkin dua atau tiga bulan lagi. Kami ingin massif dan tidak dimasuki pihak-pihak tertentu," tambahnya.

Saat jumpa pers dan rembuk 'Menjaga Marwah Kebudayaan Bangsa', tak hanya Aidil Usman saja yang hadir. Tapi ada juga budayawan Radar Panca Dahana, pelukis Odji Lirungan, Syahnagra Ismail (mantan Ketua Komite Seni Rupa DKJ periode 1998-2002), Kepala PKJ-TIM Bambang Subekti, pelukis Hidayat, Budi Kodok, dan lain-lainnya.

Radhar Panca Dahana juga mengatakan lembaga-lembaga yang terkait dengan PKJ-TIM tidak berperan sebagaimana mestinya. "Harus diubah total, tidak melalui sifat yang birokratik tapi didialogkan bareng dengan seniman. Upaya gerakan-gerakan ini yang sedang kami perjuangkan untuk ditembakkan ke ulu hati," tutup Radhar.

(tia/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads