Pameran ini bertema 'Infinity in Flux' akan digelar di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) di Jalan Sriwedani Yogyakarta mulai 6-28 Juni 2015. Sebanyak 103 karya dari berbagai perupa atau seniman dari beberapa negara, daerah dan khususnya dari Yogyakarta ikut berpartisipasi dalam pameran tahunan ini.
"Total ada 86 seniman termasuk Yoko Ono sebagai spesial presentation," ungkap Bambang "Toko" Wicaksono kepada wartawan di Greenhost Hotel, Jalan Prawirotaman II Yogyakarta, Rabu (3/6/2015).
Menurut Bambang, dalam melakukan seleksi karya, panitia menerapkan sistem undangan atau invitasi dan aplikasi. Total yang masuk ada 800 seniman dengan 1.200 karya. Sedangkan untuk aplikasi terpilih sebanyak 35 karya.
"Mulai tahun ini dan seterusnya panitia memutuskan dibelakang nama ART|JOG bukan lagi angka tahun seperti tahun sebelumnya pakai angka 13 atau 14. Namun langsung angka 8 yang menunjukkan ART|JOG yang diselenggarakan sudah ke delapan atau 8 tahun," kata Bambang.
Menurut Bambang, khusus Yoko Ono, meski dia tidak bisa hadir karena ada kesibukan pameran di Museum of Modern Art (MoMA) New York, melalui kuratornya, dia akan menampilkan karyanya berjudul "Wish Tree". Karya ini menempatkan Yoko Ono tidak hanya sebagai seniman saja tapi juga seorang aktivis perdamaian yang menggugah kesadaran masyarakat dan penonton.
Penonton akan diajak untuk menuliskan pesan pada selembar kertas kecil, kemudian digantung di sebuah pohon. Selain itu, beberapa barang milik Yoko Ono yang ada ditangan kolektor juga akan dipamerkan.
"Ini sebagai seni yang melibatkan partisipasi publik. Untuk pohon sudah kami siapkan sesuai permintaan kurator Yoko Ono harus pohon lokal yang pendek dan rimbun. Kita pilih pohon Jambu leci," kata Bambang didampingi panitia Satriagama Rakantaseta.
Bambang mengatakan Art Jog 8 ini mengambil tema Infinity in Flux-The Unending Loop that Bonds the Artist and the Audience. Selain menggambarkan angka 8 yang mewakili ke delapan kalinya pameran ini, sekaligus memberikan makna angka 8 sebagai gilangan bulat dengan garis tak putus dalam sebuah rangkaian tak terhingga.
"Ini merefleksikan gerakan Fluxus sebagai aliran seni yang menginsipirasi karya-karya kontemporer, yang muncul pada tahun 1960-an, yang saat ini mulai menguat lagi," katanya.
Dalam pameran kali ini, lanjut Bambang, tidak hanya seniman atau perupa saja yang berpartisipasi. Namun juga bersifat lintas media dengan beragam profesi seperti perancang busana, paranormal, arsitek serta kolaborator dalam bidang komputer, kesehatan, teknisi elektronika, programer internet, tukang las, musisi hingga pengrajin bambu.
"Hal ini karena posisi seni rupa sekarang yang semakin beragam, banyak media bahkan tidak terbatas," katanya.
Menurut dia, sifat lintas media dalam dunia seni dirasa cocok dengan kondisi saat ini. Karya seni rupa tidak lagi kaku dan berjarak dengan penonton. Penonton bahkan diajak berinteraksi melebur jadi satu dengan karya seni yang di pamerkan sehingga tak ada lagi batas-batas antara karya dengan penonton.
"Ini sangat interaktif. Kita melihat saat pameran tahun lalu banyak penonton yang berfoto di depan karya-karya seni yang dipamerkan. Ini berarti ada kedekatan antara keduanya, ini yang menjadi inspirasi kami dalam pameran sekarang," pungkas Bambang.
(bgs/mmu)











































