Pria berusia 46 tahun itu tertawa dan merasa aneh dengan anugerah tersebut. "Aku merasa seperti mengikuti orang lain ketika mereka semua mengucapkan selamat," katanya dilansir dari The New York Times, Kamis (24/4/2015).
Simak: Seniman Jalanan Bikin Grafiti Raksasa di Jalanan New York
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara kritikus sastra dunia mengabaikan puisinya dan justru beralih kepada Claudia Rankine, Edward Hirsch, dan Louise Glurk. Awalnya, kumpulan puisinya hanya terjual 1.500 juta kopi tapi sekarang dicetak sampai 5.000 kopi.
Kritikus puisi dan profesor bahasa Inggris di Universitas Harvard menjelaskan bahwa karya-karya Pardlo merupakan cara modern yang unik. "Isinya sangat informatif dan Pardlo bisa bermain dengan genre tertentu," ungkapnya.
Tulisan-tulisannya terdengar tajam, misterius, dan menyindir satire wacana akademis dan kritis. Majalah 'Digest' menyebutnya sebagai esai sosiologis dan review dari buku imajiner.
(tia/tia)