"Abis pameran ke-3 ini selesai, langsung mau garap buku," ungkapnya kepada detikHOT di sela-sela pamerannya akhir pekan lalu.
Pria yang pernah kuliah fotografi di Universitaet GesamthochshuleEssen, Jerman ini juga mengatakan nantinya karya terbarunya masih tentang seniman kontemporer Tanah Air dan studio seninya. "Tapi bukan 17 seniman, lebih banyak lagi," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Davy melanjutkan jika Indonesia memiliki seniman-seniman yang mumpuni dan namanya terkenal di dunia internasional. Sayangnya, belum pernah ada dokumentasi yang memotret ruang-ruang tempat mereka bekerja.
"Ruang berkaryanya seperti apa nggak banyak orang yang tahu. Jadi sebenarnya rencananya buku ini juga buat pembelajaran antar seniman. Oh studio seniman si ini seperti ini, yang lainnya begini," ujar Davy.
Namun, penggunaan karakter mannequin 'Jacky' akan ditiadakan oleh Davy. "Jacky cukup di proyek pameran ketiga saja."
Baca Juga: Ratusan Fans Padati Perilisan Buku ke-7 Raditya Dika 'Koala Kumal'
Sebelumnya, di tahun 2008 silam, Davy menyelenggarakan pameran tunggal kedua yang berjudul 'Skecth'. Karyanya yang berkolaborasi dengan seniman Agus Suwage juga pernah menuai kontroversi publik.
Saat itu, karya berjudul 'Pink Swing Park' yang memuat potret Anjasmara dan Izabel Jahja mendapat kecaman dari Front Pembela Islam (FPI) karena dianggap vulgar. Di tahun 2005, karya itu dipamerkan di ajang CP Biennale dan kini dikoleksi oleh Singapore Art Museum.
(tia/ron)