'Mein Kampf' Adolf Hitler Buku Paling Berbahaya di Dunia?

'Mein Kampf' Adolf Hitler Buku Paling Berbahaya di Dunia?

- detikHot
Kamis, 15 Jan 2015 16:30 WIB
Dok.BBC
Jakarta - Buku 'Mein Kampf' karangan Adolf Hitler seperti kitab suci dan pedoman bagi penganut Nazi. Kontroversi mengenai buku tersebut dan ideologinya pun masih terjadi sampai sekarang. Desember 2015, hak cipta buku tersebut segera berakhir. Artinya, buku 'Mein Kampf' bisa dipublikasikan oleh penerbit mana pun.

Ahli buku langka Stephan Kellner menjelaskan sebagian besar memoar tersebut mengandung propaganda. "Banyak yang menilai teks di dalam buku itu memang menjadi buku paling berbahaya di dunia," ungkapnya dilansir BBC, Kamis (15/1/2015).

Menurut Undang-undang, perlindungan hak cipta hanya berlaku selama 70 tahun. Buku 'Mein Kampf' (Perjuanganku) diterbitkan pertama kali pada 1925. Secara teoritis, setiap penerbit di Jerman bisa menerbitkan buku itu setelah 2015.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sejarah Hitler adalah sejarah bagi orang-orang yang meremehkannya dan mereka yang meremehkan buku ini," ujar perwakilan penerbit, John Murphy yang pertama kali menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris.

Hitler sendiri menulis buku ini ketika mendekam di penjara karena pengkhianatan setelah gagal kudeta di Munich tahun 1923. Satu dekade kemudian, buku ini dianggap sebagai kunci dari ideologi Nazi.

Di akhir Perang Dunia II, penerbit Eger Verlag yang memiliki wewenang terhadap 'Mein Kampf' disita oleh Angkatan Darat Amerika Serikat. Hak ciptanya jatuh kepada Perpustakaan Negara Bavaria. Mereka berhak mencetak ulang buku di Jerman dengan persyaratan khusus.

"Baravia menggunakan hak ciptanya untuk mengontrol publikasi dari Mein Kampf. Tapi kontrolnya segera berakhir, apa yang akan terjadi selanjutnya," ucap Murphy.

"Ini masih menjadi buku yang berbahaya di dunia dan banyak orang yang salah mengartikannya," lanjutnya.

Sedangkan pihak Bavaria kembali menegaskan pentingnya mengontrol publikasi buku tersebut. "Karena buku ini banyak jutaan orang tewas, jutaan orang dianiaya, dan dibanjiri perang. Sangat penting untuk mengontrolnya," tandasnya.

Ketika hak cipta buku ini berakhir, Institut Sejarah Kontemporer di Munich berencana untuk mencetak ulang edisi terbaru. Ia akan menambahkannya dengan bantuan ahli sejarah dan juga diterbitkan edisi multimedia sebagai bahan pelajaran kritis bagi mahasiswa sejarah.

(tia/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads