Kata-kata yang diucapkannya tersebut sama seperti kejadian yang pernah menimpanya ketika merilis novel yang terinspirasi oleh kehidupan Nabi Muhammad. Saat itu, ia diancam dibunuh oleh Ayatollah Khomeini pada 1989 silam.
"Saya berdiri di sini bersama dengan majalah Charlie Hebdo. Kita semua harus mempertahankan seni sindiran yang menjadi kekuatan dan kebebasan untuk melawan tirani, ketidakjujuran dan kebodohan," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya penulis 'The Satanic Verses' (1988) saja yang mendukung kebebasan berpendapat dan membuat karya seni di Prancis, tapi para penulis yang tergabung dalam PEN American Center juga berpendapat hal yang sama.
"Peristiwa yang terjadi hari ini untuk membungkam kritik dengan membunuh seniman dan penulis yang menyuarakan gerakan yang lebih luas. Kejadian ini menjatuhkan kebebasan berekspresi dan hak untuk berbeda pendapat," ujar perwakilan PEN American Center.
(tia/tia)