Hal inilah yang dilakukannya di atas panggung Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia akhir pekan lalu. Dalam pertunjukan comedy dance, Didik menampilkan apiknya budaya Indonesia dan asing melalui tarian. Dalam koreografinya, ia memadukan unsur-unsur gerak komedi yang merupakan ciri khas-nya.
"Kecintaan saya terhadap seni dan budaya Indonesia menjadikan saya memiliki hasrat untuk terus mengembangkan dan melestarikan kekayaan Indonesia melalui dunia tari," ungkapnya kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilanjutkan dengan Tari Bali yang merupakan cuplikan dari Tari Legong Bapang Gaya Saba. Serta diakhiri dengan Tari Topeng Walangkekek yang mengekspresikan beberapa karakter wanita berbeda dengan topeng.
Selain itu, Didik juga menarikan Tari Pancasari yang mengadopsi budaya-budaya dari negeri Tiongkok dan India. Serta ditampilkan dengan lima karakter yang berbeda dengan menggunakan topeng dan kostum yang disajikan dalam bentuk komedi. Iringan musik juga dikemas secara medley dari beberapa etnis. Karya tari yang berdurasi sekitar 15 menit ini diciptakan pada tahun 1988, dengan mengalami perubahan dari unsur sisi musik, kostum, dan gerak. Tarian ini merupakan pembaruan dari tari sebelumnya yaitu Tari Campur Sari.
"Saya mengembangkan tari-tarian melalui kemasan yang menarik dan menghibur. Dan memakai unsur komedi agar penonton tidak bosan dengan pertunjukan tari yang terkesan serius dan kaku," tambahnya lagi.
Didik Nini Thowok atau yang memiliki nama lengkap Didik Hadiprayitno lahir di kota kecil Temanggung, Jawa Tengah pada 13 November 1954. Ia merupakan lulusan ASTI yang sekarang disebut ISI (Institut Seni Yogyakarta Indonesia) tahun 1982. Didik juga adalah Direktur LKP Natya Lakshita (Lembaga Kursus Dan Pelatihan) Tari atau Natya Lakshita Dance School dan Didik Nini Thowok Entertainment.
(tia/ron)