Ke New York, Mampirlah ke Broadway Walau Mahal

Ke New York, Mampirlah ke Broadway Walau Mahal

- detikHot
Kamis, 16 Okt 2014 11:10 WIB
Dok.Ari Saputra/ detikFOTO
New York - New York dan Broadway adalah dua hal yang tak terpisahkan. Berkunjung ke New York tanpa mampir ke kawasan Broadway rasanya seperti ada yang kurang. Mengapa orang-orang begitu penasaran dengan Teater Broadway --begitu kawasan itu kemudian dikenal? Apa rahasianya?

Kualitas pentas-pentas di Teater Broadway memang sudah kesohor ke mana-mana. Dari akting pemain, tata panggung, plot cerita, kualitas suara hingga naskah dan kesempurnaan akustik. Tak heran jika Teater Broadway tidak lagi sebatas panggung seni, melainkan ikon pariwisata New York dan pantai timur AS pada umumnya.

Karena fenomenal, banyak turis asing menyisihkan dana khusus ketika berlibur ke New York untuk melihat langsung salah satu teater di Broadway. Kendati menyisihkannya harus sambil mengelus dada dan sedikit "nggak rela" karena mahal bukan kepalang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah sampai sini (New York) masak nggak nonton? Kalau mahal ya mungkin memang sesuai dengan kualitasnya " kata Ros, turis asal Jakarta di sela-sela menonton 'Phantom of the Opera di Majestic Theatre, Kamis (9/10/2014) pekan lalu.

Ngomong-ngomong, semahal apa sih? Pada hari biasa, rata-rata tiket mulai dari $75 atau Rp 900.000 pada kurs Rp 12.000. Namun, pertunjukan di akhir pekan bisa mencapai $120 dolar atau Rp 1,4 juta. Tiket tersebut masih kelas mezamine alias duduk di tribun atas. Kalau mau lebih dekat dengan panggung, bisa mencapai $150 hingga $200.

Dibandingkan tontotan lain, angka tersebut masih membuat kepala pening. Di tempat konser musik Terminal 5, pertunjukan Cher, Boyce Avenue atau Limp Bizkit hanya $30 dolar untuk yang termurah. Begitu pula beberapa band AS maupun Eropa memasang tarif kisaran $30 untuk tiket paling rendah. Sementara menonton bioskop di AS mulai harga $7 sudah bisa duduk nyaman.

"Beda genre, nggak bisa dibandingin. Ini teater, karya seni. Rugi banget kalau lagi di New York nggak nonton. Harus nonton," ucap Patty, WNI yang telah 5 tahun tinggal di AS berpromosi.



Kualitas dan citarasa ekslusif yang menjadi pemantik teater di Broadway tidak pernah sepi peminat. Reservasi tiket via online sudah ludes sehari sebelum manggung. Kalau mau memaksa beli tiket di hari H, sedikit kemungkinan bisa diperoleh kecuali membeli ke calo dengan tambahan uang tips.

Antrian penonton terlihat panjang menjelang pertunjukan. Mereka mengantri di trotoar Broadway sejak 30 menit sebelum pintu teater dibuka. Bila permainan mulai pukul 20.00, maka sejam sebelumnya mulai ramai dan makin menyemut dan memanjang 30 menit kemudian.

Beberapa lakon fenomenal selalu dinanti seperti 'Les Miserables', 'Lion King', 'Wicked', 'Aladdin', dan 'Phantom of the Opera'. Untuk lakon-lakon favorit ini, tiket bakal ludes jauh-jauh hari mengingat kapasitas teater terbatas, rata-rata 500 tempat duduk. Bahkan kapasitas teater terbesar di Broadway yakni Majestic Theatre sebanyak 1.645 kursi sudah 'sold out' sehari sebelum pementasan.

Ketika detikcom merasakan Majestic Theater, apa yang diucapkan orang-orang ada benarnya. Interior gedung teater yang berada hanya 5 menit jalan kaki dari Times Square Garden tersebut terlihat megah dan berwibawa. Sang arsitek Herbert Krapp menyangkokkan gaya art deco yang ngetren pada zamannya untuk membangun kesan tersebut.

Bentuknya setengah lingkaran dengan kursi penonton merubung panggung. Bagian terdepan merupakan kursi paling mahal meski terhitung masih lebih murah dibanding kursi yang berada di balkon, di sisi kiri dan kanan gedung teater. Harga 'termurah' berada di bagian paling belakang atas, biasanya juga ludes sehari sebelum pertunjukan.

Panggung teater yang telah eksis sejak 1927 tersebut dibagi dalam beberapa lapis layar. Setidaknya satu layar utama dan 8 layar di belakangnya untuk kebutuhan gonta-ganti background panggung. Di bawah stage, terdapat lantai khusus untuk pemain orkestra yang mengiringi lakon teater. Di bagian belakang para musisi terdapat ruangan untuk menyimpan properti yang digunakan untuk membuat efek khusus panggung.

Terdapat speaker soundsystem namun ditempatkan secara khusus di langit-langit ruangan sehingga tidak mencolok sehingga estetika ruangan tetap tidak terusik. Kursi dan karpet terlihat bersih dan tidak bau. Layar merah maroon dan wallpaper kuning gading bermotif melengkapi kesempurnaan Broadway.

Ketika menyaksikan lakon 'Phantom of the Opera', sejak denting pertama suara piano langsung memantul sempurna di ruangan akustik yang dirancang sangat teliti. Kemudian diikuti nada biola dan puluhan alat musik orkestra lain yang bermain indah berdasar partitur klasik yang menginspirasi.

Puncaknya saat lagu soundtrack yang digawangi Andrew Lloyd Webber mengema ke dinding-dinding ruangan dengan solid. Suara bass, sopran dan tenor beradu harmonis dengan musik orchestra yang membuat atmosfir ruangan begitu dinamis dan terhormat.

Akting Norm Lewis (Phantom), Mary Patterson (Christine Daae) dan Jeremy Hays (Raoul) mampu membangun cerita yang dramatik. Permainan efek cahaya dan plot cerita sedemikian rapih, detil dan apik. Pergantian tata panggung mampu dalam hitungan detik dengan menggonta-ganti layar yang memikat sehingga tidak membosankan.

Tak heran bila semua penonton menikmatinya dari detik pertama, dari adegan satu ke babak berikutnya hingga durasi terakhir di menit ke-120. Dari wisatawan biasa, penonton lokal hingga para kritikus seni terlihat takjub mengikuti akting dan musik yang dimainkan. Standing applaus 1.500 penonton menjadi penutup dan penghormatan atas kerja keras, kualitas dan cita rasa seni para pemain yang dikomandani oleh Harold Prince tersebut.

Jadi, masih berpikir mahal untuk sebuah karya seni?

(Ari/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads