Suasana ruang teater pun penuh dengan asap dan wewangian hio. Gerakan para penari melambat hingga membentuk setengah lingkaran. Seketika menjadi mistis.
Koreografer asal Solo Otniel Tasman menciptakan tarian 'Barangan' yang diangkat dari kisah penari lengger barangan. Dalam bahasa Jawa kata 'barangan' berarti 'mengamen'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para penari Lengger tempat pertunjukannya tidak tetap, berpindah-pindah dan terbiasa di tempat publik. Usaha mengais rejeki melalui 'mbarang' adalah pilihan hidup. Dalam beberapa gerakan dan adegan tarian tersebut, diperlihatkan bagaimana mereka menyambung hidup dengan menari.
Menurut Otniel, kesenian tradisi Lengger sudah langka keberadaannya. Para seniman yang bertahan adalah mereka yang berani dengan pilihan hidupnya. Termasuk bagi warga Banyumas yang sudah mengenal kesenian ini sejak kecil.
Otniel merupakan pria kelahiran Banyumas 1989 silam yang kini berdomisili di Solo. Ia pernah terlibat di beragam produksi tari sebagai penari dalam karya koreografer ternama. Seperti Wakyu Santoso, Dwi Windarti, Fitri Steyaningsih, Suprapto Suryodarmo, S Pamardi dan lain-lain.
Ia juga pernah membuat tarian solo maupun karya grup. Di antaranya bertajuk Wrong, Rohwong, Barangan, dan Mantra. Otniel terlibat aktif dalam berbagai pertunjukan tari dan festival tari di Indoensia maupun luar negeri.
(tia/mmu)