"Yah, saya memang sempat coba bagaimana kalau pakai warna warni. Hasilnya yang ada di lantai dua," ungkapnya usai pembukaan di Galeri Cipta 3 TIM Jakarta Pusat Rabu malam (10/9/2014).
Pemandangan yang dilihat Mudji adalah tradisi menaburkan tepung warna warni pada stupa. "Warnanya ada yang merah, kuning dan hijau. Lalu mereka memuji kehidupan. Saya pikir simbol spiritualitas itu kenapa tidak dicoba saja," tutur Mudji.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya ini sama saja dengan tradisi Jawa dengan warna warni yang sama," ujarnya. Namun hanya beberapa sketsa saja yang digambarnya berwarna. Mudji kembali memfokuskan kepada simbol hitam dan putih.
Di pamerannya kali ini sekaligus perayaan atas 60 tahun usianya, ia membaginya ke dalam beberapa bagian. Pertama refleksi selama bepergian ke berbagai tempat. Kedua, membuat sketsanya langsung dan terakhir inspirasi yang didapatkan setelah travelling.
Namun mana yang menjadi favoritnya? Ia tersenyum. Salah satunya adalah sketsa mengenai kisah di Kitab Suci Nasrani Perjanjian Lama. "Tentang roti 5 buah dan 2 ikan. Tempayan ada 6, dibagi semuanya kepada mereka. Lalu Yesus membuat mukijzat air menjadi anggur. Lengkap sudah," paparnya.
Selain itu, sketsa mengenai 'Para Pencari Sujud' juga menjadi kegemarannya. "Bagaimana mereka menjalankan doa-doa itu setiap harinya," ujar Dosen Filsafat Sekolah Filsafat Driyarkara.
(tia/ich)