Namun apa yang terjadi jika pria yang dikenal dengan nama MikroKosmos tersebut tinggal di Yogyakarta selama satu tahun? Berinteraksi dengan penduduk, lingkungan dan alam sekitarnya. Serta mencari karya terbaru dalam berkesenian yang lebih kreatif.
Di awal kedatangannya di Indonesia, Miro dikagetkan dengan peristiwa erupsi gunung di daerah Jawa Timur yang dampaknya hujan abu vulkanik hingga ke Yogyakarta.
"Semuanya yang dialami saat itu seperti mimpi, awalnya sesuatu berjalan normal, namun tiba-tiba situasi dapat berbalik hanya dalam sekejap," ujarnya seperti dalam rilis yang diterima detikHOT, Kamis (17/7/2014).
Hal yang sama juga terjadi ketika ia mengunjungi Pantai Selatan Jogja, suara debur ombak besar yang terdengar ketika Miro bermalam di pinggir pantai. Ia merasakan ‘ketakutan’ dalam dirinya akan sesuatu yang maha dashyat yang tidak diketahui.
Ia juga mengalami hal yang sama ketika melihat papan penunjuk jalur evakuasi gempa, dan terutama ketika ia sendiri merasakan gempa yang mengguncang Jogja. Berbagai pengalaman tersebut membuatnya jatuh cinta kepada Indonesia. Khususnya budaya membatik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terima kasih untuk semua hal yang kau tumbuhkan dalam budayamu. Terima kasih untuk semua api, wax (malam/lilin untuk membatik), pewarna dan gorengan. Terima kasih atas semua keajaiban dan cinta," tuturnya.
Pameran tunggal yang bertajuk 'Black/White-Dreaming Kosmos' akan dibuka malam ini ViaVia Café&Alternative Art Space, Jalan Prawirotaman 30 Yogyakarta. Nantinya akan menampilkan lukisan batik karyanya yang dikombinasikan dengan mural dan grafiti.
Serta dimeriahkan oleh Live Tattoo atau Traditional Dayak Tattoo.
Pembukaannya juga akan dimeriahkan oleh pertunjukan Gamelan. Keesokan harinya, Anda dapat mengikuti ‘Bincang dengan Seniman” pukul 4 sore dengan mendaftarkan diri terlebih dahulu pada saat pembukaan pameran. Selamat berkunjung!
(tia/mmu)