Realita Sebagai Imitasi Seni Shakespeare

Gaya Bahasa Shakespeare (3)

Realita Sebagai Imitasi Seni Shakespeare

- detikHot
Senin, 02 Jun 2014 14:38 WIB
Realita Sebagai Imitasi Seni Shakespeare
Jakarta - Melihat sejauh mana kata-kata dan gaya bahasa yang diekspresikan oleh Shakespeare akhirnya masuk ke dalam kehidupan sehari-hari, Penulis Hephzibah Anderson, coba memaparkan analisanya.

"Dampaknya tidak hanya mengubah cara kita mengekspresikan diri, tapi bagaimana kita mengalami dan memproses dunia di sekitar kita," jelas lulusan Sastra Inggris itu di Cambridge University, dilansir BBC (02/05/2014).

Shakespeare tidak hanya mengenalkan kita pada ungkapan ekspresif seperti β€œbedazzled” dari karyanya The Taming of the Shrew, ia juga mengungkapkan kata β€œgloomy” dalam karya Titus Andronicus.

Seorang ahli kata-kata yang berasal dari era Viktoria, F Max Muller pernah memprediksi bahwa Shakespeare menggunakan hingga 15 ribu kata dalam sebuah dramanya. "Porsi ini ia temukan sendiri dengan menggabungkan kata-kata yang sudah ada dan mengadaptasi kosa kata dari bahasa tertentu," jelas F Max Muller.

Baru-baru ini, dua penjual buku antik di Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka menemukan sebuah buku yang diyakini adalah sebuah kamus Shakespeare. Buku yang sempat dijual di laman situs eBay ini merupakan salinan dari sebuah kamus terkenal di abad 16 yang berisi empat bahasa.

Dari sini beberapa pihak meyakini bahwa ia mencampur beberapa kata dari bahasa Inggris dengan bahasa Perancis, dan diekspresikan dalam adegan di dramanya. Menurut mereka pula, Shakespeare yang pandai mengolah kata-kata yang sudah ada ini punya cara yang menarik untuk membuat orang mengingat kata-kata tersebut. Dengan sebuah adegan yang mengesankan, ini membantu kata-katanya jadi semakin populer.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, analisa kuantitatif dan database digital telah memungkinkan komputer untuk mencari ribuan teks secara bersamaan, dan dengan ini beberapa orang meyakini bahwa kontribusi Shakespeare terhadap bahasa Inggris itu dibesar-besarkan.
Menurut sebuah makalah tahun 2011 oleh Ward EY Elliott dan Robert J Valenza dari Claremont McKenna College, kata-kata baru yang dikaitkan dengan Shakespeare itu mungkin mengalami dua faktor dalam kesalahan hitung. Cerminan ini antara lain dari penghitungan di tahun 1950-an, di mana ada 3200 kutipan Shakespeare dan hari ini hanya ada sekitar 2000 kutipannya yang aktif digunakan.

"Dalam beberapa hal, ini membuat bakat dan orisinalitas Shakespeare jadi lebih mengesankan. Pengaruh linguistiknya jadi tidak jauh lebih banyak daripada tokoh besar lain di zamannya," jelas Hephzibah. Menurutnya, penggunaan rutin dari dua ribu kata itu sama sekali bukan hal yang buruk, terutama jika diingat bahwa kata-kata ini terus diputar dalam obrolan keseharian.
Lalu bagaimana Shakespeare bisa mengatur hal ini? Salah satunya adalah dengan membuat giliran pada penggunaan istilah dan kalimat. Kata-kata "fashionable" mungkin pernah masuk ke dalam sebuah adegan, ia mengatur kalimat ini untuk memiliki konotasi tertentu dalam karyanya. Kemudian pada adegan ia menyuarakan kata tersebut lewat karakter laki-laki atau perempuan yang tidak terlupakan dalam situasi yang luar biasa.

Pada 1998 kritikus Harold Bloom menulis sebuah buku bertajuk Shakespeare: The Invention of the Human. Di sini ia mengatakan, "Jika tanda dari seorang penulis hebat adalah ia masih membaca, maka tanda dari seorang jenius adalah mereka masih berbicara."

(ass/ich)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads