.webp)
Ia menyajikan sebuah video art dan art performans bertajuk Suaka. "Suaka itu kan lebih seperti tempat untuk berlindung, tempat untuk kamu merasa aman dari yang lainnya di mana kamu bisa merasa luput dari sesuatu," kata Ratu kepada detikHOT (20/5/2014). Dalam karyanya ini ia menjelaskan lebih banyak mengadopsi idiom-idiom yang memang dekat dengan keseharian.
"Kalau saya memaknai keseharian itu sebagai simfoni yang terus berputar, melakukan sesuatu yang ada sistemnya. Tapi ini enggak sesuai dengan kemampuan tubuh kita, sistem selalu maksa kita untuk harus selalu ikut dengan dia," tambahnya.
Maka merekam sebuah video dalam satu angle dengan objek karosel yang mendominasi, ia rasakan bisa membawa maksud yang ingin ia sampaikan. Dalam video art Ratu, yang bedurasi 12 menit ini, karosel yang ia tungganggi bersama sehelai kain putih ini, ia putar berlawanan dengan jarum jam.
"Karosel itu kan padahal searah jarum jam, tapi saya membuatnya counter-clockwise," paparnya.
Seiring perjalanan durasi videonya ini, semua hal bisa dibilang diam, kecuali badan karosel yang berputar terus tanpa henti dengan alunan yang telah ditetapkan. Yang bertumbuh adalah kain putih penutup karosel kuda ini, beserta dirinya yang sesekali muncul dalam frame tampak tengah memasang kain.
Kain putih tadi ia adopsi dari apa yang ia temukan pada kain pembatas antara laki-laki dan perempuan di masjid. "Apa yang membuat saya nyaman di masjid, oh saya terhalang oleh selembar kain," katanya.
Maka kain tadi tampak seperti pagar, seperti pembatas dan membuat kita yang berada di dalamnya merasa sedikit lebih aman, meski berada di ruang publik. Ini menjawab makna suaka yang ia tetapkan.
Demi mematangkan ide pembuatan karyanya ini, Ratu menjelaskan ia harus berkali-kali main di karosel itu. Ia kadang hanya duduk atau bahkan tiduran di atas karosel demi menggali inspirasi.
"Sampai tiduran di lantai karosel, karena menurut saya untuk merasakan idenya itu saya harus merasakan keadaan di sini langsung," jelasnya.
(ass/mmu)
