Jakarta -
Pecinta seni dan budaya, jangan lewatkan pameran seni rupa Manifesto keempat, bertajuk Keseharian. Dalam acara yang diselenggarakan di Galeri Nasional Indonesia pada 20 Mei hingga 7 Juni mendatang ini, dihadirkan empat kurator yang terlibat. Mereka adalah Rizki A. Zaelani, Asikin Hasan, Jim Supangkat dan A. Rikrik Kusmara. Pameran ini juga melibatkan 79 orang seniman Indonesia.
Ada sekitar 79 seniman muda Indonesia yang terlibat dalam pameran ini, karya yang dipamerkan di sini adalah karya yang pernah atau telah dibuat oleh para seniman selam kurun waktu tiga tahun terakhir. Jadi jangan heran bila Anda merasa kenal atau pernah melihat beberapa karya yang ada di sini, sebelumnya sudah dipamerkan dalam pameran lain seperti Jakarta Biennale 2013 atau Arte Indonesia Arts Festival 2014.
"Karya-karya yang dipresentasikan dalam pameran ini adalah karya-karya yang telah dibuat oleh para peserta dalam kurun tiga tahun terakhir dan mencerminkan proses kerja yang yang intens dan berkelanjutan," kata Asikin Hasan, salah satu kurator pameran Manifesto No.4: Keseharian.
Cakupan media seni yang digunakan di sini sangat beragam, mulai dari seni lukis, patung, kriya, cetak, instalasi hingga ke seni fotografi juga video. Berikut beberapa karya seni yang dipamerkan di pameran ini:
Cakupan media seni yang digunakan di sini sangat beragam, mulai dari seni lukis, patung, kriya, cetak, instalasi hingga ke seni fotografi juga video. Berikut beberapa karya seni yang dipamerkan di pameran ini:
Karya yang disajikan oleh David Armi Putra dalam pameran manifesto keempat ini, bertajuk 'A Day Like a Year, a Day Like a Month, a Day Like a Week'. Sebuah instalasi dari tiga frame yang ujungnya tampak berlipat dengan tingkat gulungan berbeda. Di dalamnya terbentuk sebuah gambar seperti kaligrafi namun mengarah ke bentuk patung Liberty. Ia menggunakan media kanvas, kayu, mika, dan cat akrilik.
Instalasi ini ia buat tahun 2012 lalu, dan kini mengisi sayap ruang saji di gedung A Galeri Nasional Indonesia. David Armi Putra sebelumnya pernah melakukan pameran tunggal tahun 2012 bertajuk Pembual/Loudmouth di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung.
Karya yang disajikan oleh David Armi Putra dalam pameran manifesto keempat ini, bertajuk 'A Day Like a Year, a Day Like a Month, a Day Like a Week'. Sebuah instalasi dari tiga frame yang ujungnya tampak berlipat dengan tingkat gulungan berbeda. Di dalamnya terbentuk sebuah gambar seperti kaligrafi namun mengarah ke bentuk patung Liberty. Ia menggunakan media kanvas, kayu, mika, dan cat akrilik.
Instalasi ini ia buat tahun 2012 lalu, dan kini mengisi sayap ruang saji di gedung A Galeri Nasional Indonesia. David Armi Putra sebelumnya pernah melakukan pameran tunggal tahun 2012 bertajuk Pembual/Loudmouth di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung.
Karya yang disajikan oleh kelompok seni bernama SERRUM dalam pameran manifesto keempat ini pernah disajikan pula sebelumnya di Jakarta Biennale 2014. Karya yang merupakan proyek berkelanjutan untuk mempercantik kota dengan seni jalanan tersebut bertajuk Dinas Artistik Kota.
Dalam pameran manifesto, mereka memampang perlengkapan yang digunakan untuk bekerja mempercantik kota di jalanan dan dirangkai menjadi sebuah instalasi. Karya ini dilengkap dengan mapping strategi yang membuat ide tercetusnya proyek Dinas Artistik Kota.
Karya yang disajikan oleh kelompok seni bernama SERRUM dalam pameran manifesto keempat ini pernah disajikan pula sebelumnya di Jakarta Biennale 2014. Karya yang merupakan proyek berkelanjutan untuk mempercantik kota dengan seni jalanan tersebut bertajuk Dinas Artistik Kota.
Dalam pameran manifesto, mereka memampang perlengkapan yang digunakan untuk bekerja mempercantik kota di jalanan dan dirangkai menjadi sebuah instalasi. Karya ini dilengkap dengan mapping strategi yang membuat ide tercetusnya proyek Dinas Artistik Kota.
Ada beberapa karya yang disajikan oleh Bonggal Hutagalung dalam pameran manifesto yang keempat ini. Semuanya karyanya berbentuk periuk namun dengan balutan warna dan gambar yang berbeda-beda. Salah satunya bertajuk 'What is Done in Love is Done Well.'
Bonggal sendiri sudah beberapa kali mendapat kesempatan menyajikan kreasi seninya di berbagai pameran. Bonggal merupakan lulusan kriya keramik FSRD ITB. Ia banyak menggunakan benda-benda yang biasa ditemui dalam keseharian untuk dioleh menjadi periuk atau karya seninya yang lain.
Ada beberapa karya yang disajikan oleh Bonggal Hutagalung dalam pameran manifesto yang keempat ini. Semuanya karyanya berbentuk periuk namun dengan balutan warna dan gambar yang berbeda-beda. Salah satunya bertajuk 'What is Done in Love is Done Well.'
Bonggal sendiri sudah beberapa kali mendapat kesempatan menyajikan kreasi seninya di berbagai pameran. Bonggal merupakan lulusan kriya keramik FSRD ITB. Ia banyak menggunakan benda-benda yang biasa ditemui dalam keseharian untuk dioleh menjadi periuk atau karya seninya yang lain.
Seniman lulusan kriya tekstil FSRD ITB ini menyajikan karya bertajuk Kidang Abiseka dalam pameran manifesto yang keempat. Karya Risa disajikan dalam sebuah ruang khusus yang gelap. Hampir mencapai sudut ruangan, kita akan melihat sesosok patung rusa yang tampak meleleh.
Ia juga memanfaatkan lampu UV yang berikan efek menyala dalam gelap untuk presentasi karyanya. Karya dengan dimensi 100 x 105 x 48 cm ini ia buat pada tahun 2012 lalu.
Seniman lulusan kriya tekstil FSRD ITB ini menyajikan karya bertajuk Kidang Abiseka dalam pameran manifesto yang keempat. Karya Risa disajikan dalam sebuah ruang khusus yang gelap. Hampir mencapai sudut ruangan, kita akan melihat sesosok patung rusa yang tampak meleleh.
Ia juga memanfaatkan lampu UV yang berikan efek menyala dalam gelap untuk presentasi karyanya. Karya dengan dimensi 100 x 105 x 48 cm ini ia buat pada tahun 2012 lalu.
Halaman Selanjutnya
Halaman