"Untungnya rumah ini cukup mudah perawatannya, tapi saya termasuk cerewet kalau soal bersih. Dinding-dinding batu ini rutin dilap," jelasnya kepada detikHOT (14/05/2014) di kediamannya di kawasan Kompleks IKPN, Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Agus mengakui ia memang mencintai elemen berbau alam untuk dituangkan ke dalam rumahnya, bebatuan, air dan kayu yang diapadukan dengan apik membuat griya yang ia tinggali bersama istri dan anaknya itu punya karakternya sendiri. "Rumah itu kan apa yang kamu mau ya, rumah itu cerminan diri kamu dan apa yang membuat dirimu betah berada di dalamnya."
Dengan rumah yang mulai ia tempati pada tahun 2005 ini, ia sudah merasa sangat nyaman. Agus pun bercerita ada beberapa bagian di rumahnya yang musti diubah lagi setelah ada seorang ahli Feng Shui datang ke rumahnya dalam rangka tayangan televisi dari Trans 7 beberapa tahun lalu. Pintu kaca yang terkesan ringan , terbuka sekaligus menarik secara estetis ini sebelumnya adalah pintu gebyok bernuansa tradisional.
"Di bawah itu pakai pintu kaca, karena kan memang lantai dasar cuma lorong saja. Sebelumnya dulu pakai pintu gebyok 16 meter," ujarnya. Pintu itu ia dapatkan dari bangunan lama rumahnya, yang ia rombak menjadi rumahnya sekarang ini.
"Lalu ada orang yang mengeti Feng Shui datang, ia bilang kalau pintu rumah itu harus dibangun bersamaan dengan saat rumah itu dibangun. Harus sama-sama baru, karena kamu dulu enggak tahu pintu rumah ini bekas rumahnya perampok, atau pemimpin atau apa. Feng Shui kan hitungan bukan klenikan," jelasnya. Perubahan ini tak hanya ia lakukan di bagian lantai dasar.
Di dapurnya yang bernuansa cerah, yang berada di lantai dua rumahnya ini ia juga sempat melakukan perombakan. "Tadinya di dapur, di belakangnya itu ada akuarium panjang di dindingnya."
Jadi kalau masak, istri dari Agus, Anggia Jelita bisa sambil melihat ikan berlalu lalng. "Tapi kemudian yang ahli Feng Shui tadi menjelaskan kalau dapur itu harus kokoh, di belakangnya kompor itu harus kokoh, jangan berupa kaca," paparnya. Akhirya akuarium ini ditutup menjadi sebidang tembok nan kokoh.
"Istriku pun agak BT karena memang bagus dulu aquarium-nya." Kini keluarga kecil Agus hanya memelihara puluhan ikan di dalam sebuah kolam dengan nuansa ruang terbuka di lantai dua rumahnya. Gemericik air dan hijaunya pepohonan di dekat kolam itu juga berikan kesan adem dan menenangkan.
(ass/ich)











































