Intip Sejarah Kota Jakarta di The Museum Week

Jelajah Warisan Budaya di The Museum Week

Intip Sejarah Kota Jakarta di The Museum Week

- detikHot
Rabu, 14 Mei 2014 16:24 WIB
Jakarta - Cerita sejarah seringkali dipandang sebelah mata oleh generasi muda, bukan karena tak cinta tapi bisa saja karena akses yang sulit atau banyak cerita yang simpang siur bertebaran di masyarakat. Tradisi meneliti dan mengumpulkan fakta-fakta secara independen, tentu membuat pemahaman kita akan gambaran sejarah dan budaya jadi lebih objektif.

Ini bisa dimulai dengan mendatangi museum-museum yang tersedia di ibu kota. Salah satunya, adalah museum Sejarah Jakarta. Di dalam museum yang terletak di kawasan Jalan Taman Fatahillah No,1, Jakarta Barat ini kita bisa menggali lebih jauh baik secara tekstual maupun visual mengenai perjalanan kota ini dari waktu waktu.

Museum Sejarah Jakarta ini juga ikut terlibat menjadi salah satu museum yang menampilkan koleksi terbaik mereka di The Museum Week 2014, Atrium Senayan City, Jakarta Selatan. "Di sini kami memboyong beberapa koleksi museum seperti litografi, pedang dan lainnya," jelas Jekmanda, 34 tahun, staff koleksi di Museum Sejarah Jakarta kepada detikHOT (12/05/2014) di Senayan City, Jakarta.

"Ini ada litografi yang menggambarkan balai kota saat masih berada di kastil Batavia. Juga ada kawasan Sunda Kelapa dan menggambakan bagaimana transportasinya pada masa itu."

Wah, yang lebih menarik, Jekmanda memaparkan bahwa sebuah pedang besar yang ada di dalam sebuah display kaca di acara ini adalah pedang eksekusi. Pedang besar yang kini berwarna coklat kehitaman itu digunakan untuk memenggal kepala terdakwa sebagai hukuman atas perbuatannya.

Menurut Jekmanda, di dalam museum Sejarah Jakarta ini koleksinya mengalami beberapa penambahan dalam beberapa kurun waktu terakhir. "Kalau pengurangan tidak ada. Yang ada, perpindahan tempat karena terkadang, barang-barang museum dipinjam untuk dipamerkan di tempat lain. Misalnya buku Alkitab dari tahun 1710 itu sedang dipinjam untuk pameran," paparnya.

Di museum yang tiap harinya bisa didatangi wisatawan hingga seribuan orang itu, terdapat sekitar 14 ribu buku, mulai dari yang sangat tua hingga yang belum lama ada, semua mengenai sejarah kota kita ini. Belum lagi koleksi barang-barang bersejarah lainnya, semua menunggu untuk diobservasi lebih jauh.

"Ini bisa diakses masyarakat tapi terbatas, bukan hanya karena faktor takut hilang tapi supaya buku-buku ini nggak rusak. Karena beberapa buku datang dari abad 18 dan 19."

Tahun ini pihak pengelola museum juga sedang giat-giatnya melakukan inventarisasi koleksi museum, baik yang bergerak dan yang tidak bergerak. "Kita sedang menyusun satu database agar menjadi satu. Jadi saat orang ingin akses, mereka bisa buka secara online," ujarnya.

Pihak pengelola juga sedang membangun situs yang lebih informatif dan lebih memudahkan supaya orang bisa tahu apa yang ada di dalam museum. Selain inventarisasi, tahun ini mereka juga baru selesai melakukan konservasi.

"Kebetulan kita baru selesai lakukan konservasi, beberapa koleksi kita simpan di gudang. Untuk mengisi kekosongan dari museum yang tengah dikonservasi ini kami membuka bioskop, memutar film-film dokumenter batavia dan beberapa film populer."

(ass/ich)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads