Ya, pameran yang bertajuk 'Arbotics' ini diselenggarakan oleh Center for Art and Community Management (ARCOLABS) Surya University di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang Selatan. Eksibisi bersama yang terdiri dari seniman-seniman Yogyakarta ini dibuka akhir pekan lalu hingga 30 Mei mendatang.
detikHOT akan mengupas tuntas mengenai apa itu 'Arbotics', kaitannya antara seni dan sains, dan kelima robot maupun instalasi yang dipajang di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Frank Propper dalam bukunya 'Art of the Electronic Age (1999) menyatakan sains tidak akan lagi memiliki kekuasaan yang akan menekan seniman, tapi menjadi medium penuntun untuk kreativitas sang seniman.
"Di pameran ini kita ingin memberi tahu tentang hubungan antara art dan science," ujar kurator Jeong-ok Jeon di Dia.Lo.Gue Artspace, Jumat (9/5/2014).
Menurutnya, kedua hubungan tersebut belakangan menjadi tren tersendiri. "Ia menjadi alternatif para ilmuwan untuk memperkenalkan science kepada publik."
Hal yang sama juga dikatakan kurator Hilmi Fabeta. "Arbotics kali ini bagaimana mengeksplorasi identitas, background, dan kultur lokal. Itu yang kami serap," katanya.
Maka, dalam eksibisi kolaborasi antar seniman ini ada yang memamerkan dua robot yang berasal dari 'custom toys' dan bisa dimainkan dengan remote control. Ada juga instalasi jamur lendir yang mengeluarkan visual suara.
Tak kalah unik adalah sembilan instalasi bernama 'Adicarita' yang dilengkapi dengan pop art. Serta instalasi sebuah ruangan yang berisi ramalan kehidupan. Mayoritas karya seni yang digelar bergerak atau kinetik.
(tia/ich)