Membaca Pola dalam Keacakan Kota

Pameran Seni Rupa 'Swatata' (6)

Membaca Pola dalam Keacakan Kota

- detikHot
Rabu, 07 Mei 2014 15:50 WIB
Membaca Pola dalam Keacakan Kota
Dok.Astrid Septriana/ detikHOT
Jakarta - Dalam pameran 'Swatata' yang digelar di Ruang Rupa pada 23 April hingga 7 Mei 2014 ini, ada tiga karya yang disajikan oleh salah seorang peserta pameran, Muhammad Fatchurofi.

Tiga karya tersebut antara lain bertajuk Struktur Baur, Alter dan Kamar Afirmasi. Karya dari pria yang akrab disapa Rofi ini, mengupas sebuah pola kelola yang tampak tak teratur.

Dalam karya Struktur Baur, ia memampang pola berbaur dengan logika yang ia tangkap dari observasinya atas perilaku masyarakat sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini lima gagasan yang berdiri sendiri, yang berasal dari contoh-contoh kasus Swatata. Lalu saya coba gambarkan polanya. Antara lain, atraksi, self-replication, alterasi, kompromi dan legitimasi," jelasnya kepada detikHOT Selasa (6/5/2014) di Ruang Rupa, Tebet, Jakarta Selatan.

Menurut seniman kelahiran Kendal, Jawa Timur ini, lima pola yang ia sajikan saling terkait sekaligus berdiri sendiri, sebagai unsur. Bergantung pada contoh kasus yang ada dalam keseharian masyarakat. Ia kemudian mencontohkan soal bagaimana sebuah tren bisa meluas ke masyarakat.

"Ini biasanya memiliki daya tarik atau atraksi. Objek tersebut kemudian tersebar atau self-replication, ini bentuknya bisa banyak misalnya penggunaan kata atau gaya. Lalu karena tidak ada aturan bakunya, objek tersebut mengalami perubahan-perubahan atau alterasi."



Lebih jauh, Rofi menjelaskan pola lainnya yakni kompromi. Menurutnya kompromi muncul ketika sebuah kelompok menggunakan satu sumber daya atau sistem yang sama, yang melibatkan banyak orang.

"Beda dengan korporasi atau sistem yang institusional pasti diatur. Kalau di sini mereka harus berkompromi sendiri," kata seniman yang mengenyam pendidikannya di jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.

Lima ciri-ciri ini ia dapatkan dari proses observasi maka ia berharap pengunjung yang datang juga melakukan observasi karyanya. Setiap karyanya ini ia buat dalam bentuk grafis bergerak yang diberikan frame hitam berbahan kaca.

Pada bagian tengahnya, ia membuat lingkaran untuk menjadi tempat bagi grafik geraknya itu. "Ini sengaja supaya tampak seperti hasil foto mikroskopik, supaya orang seperti sedang mengobservasi dan bentuknya memang kecil juga."




(ass/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads