Buka Warung Kopi dan Mie Instan, Termasuk Karya Seni?

Pameran Seni Rupa 'Swatata' (3)

Buka Warung Kopi dan Mie Instan, Termasuk Karya Seni?

- detikHot
Rabu, 07 Mei 2014 13:28 WIB
Buka Warung Kopi dan Mie Instan, Termasuk Karya Seni?
Karya seni instalasi 'Saran Penyajian' milik Arie Syarifuddin (Dok.Astrid Septriana/ detikHOT)
Jakarta - Jangan terkecoh untuk pesan mie instan atau segelas kopi ketika memasuki ruang pameran di Ruang Rupa, Tebet. Dalam rangkaian pameran 'Swatata', yang berlangsung sejak 24 April lalu hingga hari ini, ada sebuah karya yang menyajikan laiknya warung kopi (warkop).

Di sana terdapat meja dan kursi kayu, lengkap dengan atribut khas warung mie instan. Serta rak plastik bersama mangkok dan gelas, plastik sampah berisi kemasan bekas kopi dan mie instan, juga televisi mungil. Ini adalah karya yang diberi tajuk 'Saran Penyajian' milik Arie Syarifuddin.

"Di mata saya praktek mereka mewakili pola Swatata," ujarnya kepada detikHOT di Ruang Rupa Selasa (6/5/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan membuat karya ini, diawali dengan persoalan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi oleh perusahaan energi Chevron di Gunung Ceremai. Dalam proses riset yang ia jalani di sana, Arie menemukan bahwa penjual mie instan di Jakarta itu mayoritas berasal dari Kuningan, Jawa Barat.

"Sudah jadi rahasia umum kalau orang Kuningan itu kebanyakan adalah penjual mie instan. Sampai sekarang pun saya enggak tahu sebabnya apa. Yang menarik adalah mie instan itu kan produk jadi yang dibuat untuk self-service."



Melalui karya ini, Arie mencoba menyusupkan propaganda anti-Chevron melalui warung-warung penjual mie instan. Caranya?

Ia menorehkan sentilan-sentilan soal kampanye penolakan di label botol kecap, saus sambal, tempat tusuk gigi dan di spanduk warungnya sendiri. "Ini saya lakukan untuk menguji seberapa jauh saya bisa mengutak-atik struktur sebuah praktik Swatata yang sudah ada."

Misalnya saja pada botol kecap, Arie mendesain labelnya sehingga tetap mirip dengan label botol kecap kebanyakan, namun ia tuliskan merk 'Saos Sambal Cap Lahar Cabe Geothermal'.

"Saya coba meretas warung mie instan, menyusupinya dengan masalah pembangkit listrik geothermal tadi," ujarnya. Di luar itu, ia juga menemukan bahwa di dalam warung seperti ini obrolan antar warga seringkali mengalir begitu saja.

Itu menjadi salah satu alasannya mengubah label pada botol kecap dan saos sambalnya. "Karena konsumen kan kalau makan pakai saos atau kecap, jadi supaya mereka melihat. Isunya menyebar dari situ, biar jadi bahan obrolan."

Perlu diketahui, karya Arie ini bukan hanya dipampang pada ruang pamer di Galeri Ruang Rupa. Dalam lingkup warga, botol-botol tersebut memang benar-benar ia susupkan di warung-warung mie instan.

"Kebetulan teman saya membuat kecap, buka usaha baru. Saya menawarkan dia untuk pakai label saya ini," jelasnya.





(ass/tia)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads