Studi Kasus Sigmund Freud Dirangkai Menjadi Novel

Apakah Sigmund Freud Masih Berpengaruh? (3)

Studi Kasus Sigmund Freud Dirangkai Menjadi Novel

- detikHot
Selasa, 06 Mei 2014 11:25 WIB
Studi Kasus Sigmund Freud Dirangkai Menjadi Novel
Dok: Wikipedia
Jakarta - Studi kasus yang dimiliki oleh Freud, ia pahat dan bungkus sebagai sebuah kisah atau novel. Menurut seorang penulis Jane Ciabattari, apa yang dilakukan oleh Freud menjadi sebuah karunia yang tak terbatas bagi penulis fiksi.

Studi Freud sangat kaya akan teks yang bisa dipertanyakan, dikritik, dipelajari, diikuti, dimodifikasi dan dijadikan kisah fiksi. Salah satu studi Freud yang paling terkenal, ia deskripsikan sebagai Dora: An Analysis of a Case of Hysteria, tahun 1905.

Kisah ini melibatkan seorang perempuan muda yang memiliki rasa sakit pada anggota tubuhnya dan kehilangan suara akibat histeris. Gelaja yang dialami perempuan ini, dilihat Freud sebagai pelampiasan akan pemaknaan seksualitas yang berakar pada kenangan masa kecil.

"Pertama kali aku membaca studi kasus Freud yang terkenal adalah yang berbasis pada kliennya bernama Ida Bauer, saat saya masih berusia 20 tahun," kata penulis novel, Lidia Yuknavitch, dilansir BBC (2/05/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Novel ini membuatku sangat marah dan menghantuiku hingga 25 tahun. Tapi aku jadi belajar menulis dengan sangat baik, demi memberi suara bagi Ida."

Kasus bernama Dora tadi juga menjadi basis dari novel yang ditulis oleh Sheila Kohler berjudul Dreaming for Freud. Di sini ia menggambarkan seorang pasien cantik berusia 17 tahun yang dibawa ke Freud oleh ayahnya.

β€œSang ayah ingin ia menjadi lebih beralasan," jelas Sheila Kohler. β€œIa ingin anaknya memiliki hubungan dengan suami dari selingkuhannya, tapi jangan pernah membocorkan hal ini. Sang anak protes dan dia mengatakan bahwa pria itu sudah bersamanya sejak ia berusia 13 tahun."

Si anak puteri itu, akhirnya menemukan buku karya Freud berjudul Interpretation of Dreams di perpustakaan ayahnya dan memutuskan untuk memiliki mimpi agar ia dibawa ke Freud.

Ia pun memberikan kisah yang ia rangkai dalam sesinya dan ini muncul di dalam studi kasus Freud.

β€œStudi kasus Freud semua dituliskan sebagai misteri, seperti Conan Doyle,” kata Kohler, yang juga mengajar di sebuah kelas pembacaan teks Freud di Princeton University.

β€œTiap studi kasus adalah misteri. Satu per satu semua terpecahkan. Apa ia benar? Itu tak jadi soal." Sang pria misterius yang pada akhirnya menjadi poin utama.

Dari penerbitannya yang pertama, Ide Freud bisa dibilang revolusioner sekaligus kontroversial. Pengikutnya seperti Carl Jung, Otto Rank, Alfred Adler, Karen Horney, Anna Freud, Melanie Klein dan Erik Erikson mengembangkan banyak pemikiran pada praktik dan teori psikoanalisa, dan bantu membuatnya bertahan hingga hari ini.

Freud sang penulis, dianugerahi Goethe prize pada tahun 1930 untuk gayanya yang jelas dan tanpa cela. Ia juga dikenal sebagai sang ilmuwan. Ukuran tertingi dari makna yang ia hantarkan juga menggema dalam karya artistik.

(ass/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads