Mengapa? Di sinilah letak keunikannya. Ada dua wallpaper di rumahnya yang sangat bagus baik dari segi filosofi maupun penataan. Seperti di ruang makan dan dinding tangga.
Di tangga, terdapat wallpaper bergambar cabang dari pepohonan yang tumbuh dan berkembang. Namun, ada bentuk bulat di wallpapernya yang nampak lebih mengkilap.

Filosofinya, kata dia, dalam menaiki tangga kita harus pelan-pelan dan mengikuti proses. Serta ia berharap setiap penghuni rumah mampu tumbuh dan berkembang hingga ke fase berikutnya.
Sedangkan di ruang makannya, terdapat wallpaper bergambar burung dengan sangkar-sangkarnya. Di salah satu sangkar, ia sengaja memilih yang terbuka.
"A place for home tapi ada yang enggak tertutup. Anak-anak bisa keluar dengan bebas dan balik lagi ke rumah," katanya.
Ibaratnya setiap penghuni rumah bisa mencari kesenangan di luar tapi mereka tetap harus kembali lagi ke dalam rumah. Begitu konsepnya. Sedangkan di wallpaper lainnya, Hilbram tidak neko-neko.
Jika kamar anaknya Ranu, 8 tahun, dan Via, 4 tahun menggunakan konsep yang senada. Konsep ruangan Ranu berwarna biru, maka wallpapernya menyesuaikan. Serta Via yang menyukai boneka barbie dan ingin terlihat girlie, maka Hilbram memilih warna pink.


"Kalau yang itu kembali ke anak-anak yang minta. Wallpaper disesuaikan dengan tujuan ruangan," kata Hilbram.
Dari seluruh ruangan, mereka pun tidak memakai warna-warna yang terang dan mencolok. Pasalnya, kata Hilbram, di usianya yang menginjak 38 tahun mereka tak ingin yang menyala. "Mungkin karena usia juga yah. Dulu di rumah pertama masih berani cat warna orange di dinding. Sekarang kepingin yang kalem."
Warna cat orange hanya terdapat di fasad bagian luar rumahnya saja. Hilbram juga tak ingin memakai nuansa pop art maupun dinding yang dilukis laiknya mural. Di sana, ia memakai warna kalem dan menghangatkan yang ada di dinding rumahnya.
(tia/utw)