Alasan Mengapa Pria Berambut Cepak Sulit Dibuat Sketsa Wajahnya

Alasan Mengapa Pria Berambut Cepak Sulit Dibuat Sketsa Wajahnya

- detikHot
Selasa, 08 Apr 2014 11:30 WIB
Beberapa karya Toto BS yang dipamerkan. (Tia Agnes Astuti/detikHOT)
Jakarta -

Sepanjang karirnya melukis sketsa, Toto BS sudah menjelajahi berbagai ekspresi wajah dari objeknya. Ia pun sering melukisnya secara diam-diam tanpa minta ijin.

Tapi ada juga yang mengundangnya dalam suatu acara dan memintanya untuk dilukiskan. Di antara itu semua, menurutnya pria berambut cepak laiknya yang berprofesi tentara, polisi, dan sebagainya adalah yang paling sulit. "Itu yang paling susah. Garis wajahnya kayak kaku," katanya kepada detikHOT di Galeri 2 Taman Ismail Marzuki.

Biasanya ia akan menolak jika ada orang dengan karakter seperti itu. Sama halnya dengan gadis muda dan cantik yang tidak disukainya. "Aku akan memilih yang berwajah keriput dan tua. Kakek atau nenek-nenek. Itu lebih berkarakter," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Toto juga merupakan seniman yang setiap harinya selalu naik commuterline dari rumahnya di Bogor hingga Stasiun Jakarta Beos. Ia biasa nongkrong di Pasar Seni, Ancol.

Setiap harinya, Toto rajin membawa-bawa buku sketsa A4 miliknya. Serta selalu mencuri waktu untuk melukis orang-orang yang ada di sekitarnya secara spontan.

Cara melukisnya mirip dengan penampilannya yang apa adanya. Ketika akan menggores garis, ia tidak akan takut dan rasa bersalah jika hasilnya kurang bagus.

"Yang aku lakukan yah lakukan saja. Kalau ada orang yang mengatakan tidak mirip ya sudah, karena hasilnya seperti itu," katanya.

Kecepatannya dalam melukis juga dikagumi banyak orang. Baginya, ini merupakan anugerah dari Tuhan. "Aku bersyukur dikasih anugerah ini. Aku menikmatinya, justru yang paling menakutkan bukan hasil potretnya tidak mirip tapi kalau aku naik ke atas podium," ujar Toto.

Pameran ketiga tunggal Toto BS masih berlangsung di Galeri 2 TIM, hingga 10 April mendatang. Di sana, terdapat 40 kanvas yang berisi sketsa dari berbagai tokoh, budayawan, sastrawan, kolektor seni rupa, hingga pengunjung yang hadir saat malam pembukaan.

(tia/utw)

Hide Ads