Pohon Mampu Membuat Putu Wijaya Terangsang Melukis

70 Tahun Putu Wijaya (3)

Pohon Mampu Membuat Putu Wijaya Terangsang Melukis

- detikHot
Senin, 07 Apr 2014 10:05 WIB
Pohon Mampu Membuat Putu Wijaya Terangsang Melukis
Bersama Taksu, putranya. (Tia Agnes Astuti/detikHOT)
Jakarta - Melukis pepohonan mengingatkan Putu Wijaya akan kampung halamannya di Tabanan, Bali. Di sana, pohon diperlakukan sama seperti manusia. Pohon dianggap mempunyai nyawa dan bebas bernapas.

Pohon juga punya hari jadi. Setiap tahun, warga Bali membuatkan sesajen dan merayakannya. "Makanya kalau orang Bali mau menebang pohon, mereka akan pikir puluhan kali," ujar Putu kepada detikHOT.

Putu kecil pun suka menanam pepohonan di kampung halamannya. Rumahnya seperti hutan. Setiap habis Subuh, ia selalu ditugasi menyiram tanaman dan menyapu halaman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebiasaan ini yang dibawanya hingga kini. Meski sudah tinggal di ibukota namun halaman rumah Putu lebat dengan pohon. Ia mengatakan dahulu sebelum sakit selalu menyiramnya.

"Sekarang gantian tugas saya digantikan putra saya, Taksu," ujarnya.

Menurutnya, hanya pohon yang mampu merangsangnya untuk melukis. Setiap pohon dari berbagai jenis juga mempunyai karakter masing-masing. Hal ini yang membuat Putu tertarik. Termasuk juga perbukitan dan danau.



Sisanya, ia belum kesampaian mencapai objek-objek lainnya termasuk orang. "Ketika mata saya dibuka di rumah sakit, muncul ingatan tentang pohon dan saya mencoba melukiskannya," ujarnya.

Pengalaman melukis ini didapatkannya ketika kuliah selama satu tahun di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta jurusan seni lukis. Saat itu, Putu diajarkan berbagai teori dan teknik melukis.

Sayangnya, Putu remaja yang juga kuliah berbarengan dengan jurusan Hukum Universitas Gajah Mada (UGM) tak menyukai pakem instituti pendidikan seni rupa. Ia dilarang memakai warna merah untuk daun, dan sebagainya.

"Warna dan bentuk hanya alat untuk mengekspresikan sesuatu. Ada sesuatu yang ingin saya katakan di sini. Saya mau gunakan bahasa saya sendiri," kata Putu.

Uniknya, lukisan Putu ada yang bisa dibolak balik. Dalam artian, tidak terfokus mana yang atas maupun bawah. Setiap orang bebas mengartikannya. Seperti sebuah lukisan yang diberikan Putu kepada seorang kolektor barang seni rupa Deddy Kusuma di Bentara Budaya Jakarta saat pembukaan pameran.

Lukisan yang bergambar pohon dengan warna menyala itu bisa diputar sesuka hati. "Kata Pak Putu, lukisannya boleh ditaruh di atas, atau di bawah," kata Deddy.

Putu pun tertawa. Ia juga mengiyakan persepsi ini. "Saya sengaja menulis tanda tangan dan tanggal pembuatan saya di dua sisi. Jadi terserah pembeli mau taruh bagian yang mana," katanya menjelaskan.

(tia/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads