Lewat Film Seluloid, Belajar, Berbagi dan Memanfaatkan Barang yang Terbengkalai

Menghidupkan Kembali Film Seluloid (4)

Lewat Film Seluloid, Belajar, Berbagi dan Memanfaatkan Barang yang Terbengkalai

- detikHot
Rabu, 02 Apr 2014 10:36 WIB
Lewat Film Seluloid, Belajar, Berbagi dan Memanfaatkan Barang yang Terbengkalai
Jakarta -

Untuk generasi muda, kamera rekam analog dan film seluloid bisa dibilang hampir hilang kurang dikenal. Di workshop Lab Laba-Laba ini peserta bisa mendapat pengetahuan sekaligus berbagi informasi seputar dunia film seluloid dan kamera analog.

Agar tak lantas punah tanpa bekas, Edwin pun masih sering menggunakan kamera analog dalam proses syutingnya ini membuat Lab Laba-Laba di Gedung PFN, Otista, Jakarta Timur.

"Kalau sekarang saya enggak tahu, kalau dulu zaman saya kuliah sinematografi itu masih ada praktek pakai kamera analog. Tapi prosesing film itu kita enggak diajarkan karena itu dikerjakan oleh labolatorium profesional. Jadi kita tidak punya keahliannya, dan eksperimennya masih terbatas," jelas Edwin, kepada detikHOT (29/3/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Edwin, saat lab-lab profesional yang biasa mengerjakan pengolahan film itu tutup, justru mulai bermunculan pihak yang gelisah untuk menggali informasi soal ini. Bahwa orang bisa memproses ini sendiri film mereka dengan alat-alat yang sederhana. Mungkin tidak bisa dibilang profesional, tapi cukup untuk memulai.

Untuk mengikuti workshop yang sarat dengan kesan sederhana dan kekeluargaan ini, peserta musti berkontribusi sebesar Rp. 500 ribu per sesi workshop-nya. Atau menjadi anggota dengan biaya Rp. 1,5 juta yang akan diperbarui tiap enam bulan.

"Ini memang untuk biaya perawatan alat. Karena alat-alat di PFN itu masih ada dan masih lengkap. Tapi ada spare part dari mesin-mesinnya yang harus beli. Ini pengganti onderdil, kita pakai dari biaya keanggotaan."

Akhir Maret lalu, merupakan workshop kedua yang diadakan Lab Laba-Laba. Peserta diajak merekam gambar lewat kamera rekam analog kemudian memprosesnya sendiri di kamar gelap. Tiap pesertanya mendapatkan sekitar 10 meter film seluloid untuk durasi sekitar satu menit. Film ini akan digabungkan, dan ditonton bersama pada penutupan sesi malam itu.

"Ini workshop yang kedua, maunya dibuat jadi rutin nanti kedepannya. Ini kan bertemu orang yang baru lagi,"kata Edwin.

Misalnya dengan mengandalkan dan menggali ilmu dari pegawai lab di gedung PFN ini. Menurut Edwin, orang-orang ini memiliki ilmu yang sangat banyak dan pantas untuk diwariskan ke generasi penerus dalam industri film di Indonesia.

"Pegawai-pegawai PFN yang dulu kerja di lab ini juga masih ada dan keahliannya luar biasa. Jadi mungkin kita minta mereka ajarin kita, misalnya tentang sound ini kan pelik," kata Edwin.Β 

"Saya berminat minta salah satu orang teknisi yang ahli di bidang sound untuk ceritakan apa yang ia tahu. Alat-alatnya kan masih ada jadi sekalian tunjukan cara kerjanya. Intinya itu sih, belajar, berbagi dan menggunakan kembali."

(ass/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads