Puluhan lukisan tersebut sudah dilukis dan disimpan di kediamannya di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. Ia mengatakan paling banyak melukisnya tentang pohon. "Saya paling banyak melukis pohon. Pohonnya seperti apa yah suka-suka saya. Daunnya bukan yang berwarna hijau tapi ada merah, biru," katanya di Serambi Salihara, Rabu lalu (26/3/2014).
Aktivitas melukis ini dilakoninya kembali setelah keluar dari rumah sakit usai terserang stroke pada 2012 lalu. Sebenarnya, ia ingin langsung menulis. "Tapi saya tidak kuat pakai mesin tik dan komputer," katanya. Tangan kiri dan pandangan mata sebelah kanannya pun sudah tidak berfungsi dengan baik.
Sedangkan Putu merasa membutuhkan wadah untuk berekspresi. Lalu, ia melukis. Meski sesekali ia tetap menulis menggunakan tangan kanannya di Blackberry miliknya. "Saya tidak mampu menangkap bentuk dengan tepat. Juga tidak bisa mengikuti warna aslinya. Padahal saya terlalu senang sama warna," ujarnya.
Kemudian, Putu melukis semaunya tanpa memperhatikan warna dan bentuk. "Saya lebih suka menggunakan perasaan dan membiarkan tangan menerjemahkannya ke kanvas sesukanya."
Pameran yang dikuratori oleh Jais Darga dan istri Putu Wijaya sendiri Dewi, akan dibuka pada Kamis, 3 April mendatang pukul 19.00 malam. Lukisannya akan terfokus terhadap objek pohon, bukit, dan rumah.
(tia/utw)











































