Dalam membuatnya, Hanafi menggunakan alat-alat rumah tangga seperti kain pel dan serokan. Tanpa ada ide bentuk objek yang dilukisnya, ia hanya menyiramkan cat ke atas kanvas panjang.
Kemudian, dalam membentuk objeknya, ia tidak menggunakan kuas dan secara harfiah melukisnya. Namun Hanafi justru mengepelnya dan menyerok cat berwarna hitam sesuai maunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lukisan abstrak hitam dan putih yang sekenanya itu tampak menakjubkan. Ada bagian hitam pekat, tapi ada sisi lainnya berpadu dengan putih kanvas. Tapi ada juga yang tidak terkena cat hitam.
Di tengah pameran pun terdapat ayunan. Menurut Direktur program Salihara, Nirwan Dewanto ayunan itu seakan adalah pusatnya pameran. .
"Para pengunjung bisa memandang tiga lukisan sambil duduk berayun-ayun. Pada saat yang sama, kita bertanya apa dan di mana kolong meja yang ditunjuk menjadi judul pameran," katanya.
Nirwan juga melanjutkan ketiga lukisan itu tidak lagi mengandung ilusi tiga dimensi seperti dalam karya sebelumnya 'Migrasi Kolong Meja #1 dan #2. Namun, di sebelah ketiga lukisan, Hanafi memasang ayunan dan layar LCD.
Seakan-akan, kata dia, seni lukis abstrak hanya jembatan antara pengosongan ilusi tiga dimensi dan kenyataan ragawi yang tak bisa diilusikan Lukisan itu adalah jalan kita 'bermigrasi'.
Hanafi dikenal sebagai pelukis abstrak yang sejak 1990an, telah menggelar sekitar 37 pameran tunggal dan 78 pameran bersama. Pameran tunggal pertamanya berlangsung di Hilton Executive Club pada 1993.
Sebelum pameran kali ini, karya bertajuk 'Migrasi Kolong Meja' juga hadir di Galeri Semarang (Oktober-November 2013). Serta Komaneka Fine Art Gallery, Ubud (Desember-Januari 2014). Sedangkan pameran di Galeri Salihara ini diadakan hingga 29 Maret mendatang.
(tia/ich)