Indahnya Ikebana, Memuja Tuhan Lewat Rangkaian Bunga

Melirik Geliat Seni Merangkai Bunga (5)

Indahnya Ikebana, Memuja Tuhan Lewat Rangkaian Bunga

- detikHot
Rabu, 12 Mar 2014 13:43 WIB
(dok. Wikipedia)
Jakarta - Bunga dan tanaman dengan ragam rupa yang indah dan menyejukan punya banyak fungsi dalam sinergi di alam. Manusia selaku makhluk hidup yang mendominasi relasi dengan makhluk hidup lain seperti tanaman dan binatang memang sering kali lupa dengan unsur-unsur yang menjadi penyeimbang alam tersebut.

Tapi tak disangka ternyata kala kita bekerja dengan sesuatu yang dekat dengan unsur alam, pendalaman tentang kebesaran yang Illahi juga semakin dekat. Lusi Ismail, salah seorang perangkai bunga profesional menjelaskan ini.

"Sebenarnya sejak zaman dulu kala di seluruh dunia, hampir setiap budaya yang ada itu sudah menyadari bahwa bunga adalah bagian persembahannya kepada yang menciptakan alam ini," ujarnya kepada detikHOT (7/3/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari situ tampak bahwa kebutuhan akan bunga jadi kebutuhan sebagai bagian dari hubungan kita kepada yang menciptakan kita. Di tradisi Jawa dan Bali, bunga yang terangkai indah memiliki makna dan doa di dalamnya. Ini sering dijumpai pada acara peribadatan yang sakral dan juga ritual upacara pernikahan adat.

"Bisa dilihat di Jawa dengan janur, tiap lipatannya itu ada maknanya ada artinya. Dari situ saya belajar bahwa budaya kita untuk bunga itu sudah sangat tinggi."

*****

Budaya lain seperti Jepang, itu khas dengan gaya Ikebana. "Gaya Ikebana sebenarnya adalah merangkai bunga yang merupakan komunikasi mereka dengan yang menciptakan hidup, karena garis-garisnya itu kan garis alam menuju ke sana dan ini filosofinya sangat tinggi," jelas Lusi.

Jadi dari akar budayanya, Ikebana itu merupakan sebuah bunga persembahan. Jaman dahulu kala, yang boleh merangkai ini hanya pendeta dan harus laki-laki. "Dan yang menikmatinya hanya boleh dari kalangan tertentu saja seperti bangsawan dan raja-raja, semakin kesini ini sudah bisa dinikmati berbagai kalangan dengan diadakannya pameran-pameran," kata Lucia Raras Purwaningrum, ketua Dewan Perwakilan Cabang IPBI Jakarta Selatan

Dari sejarah penjajahan oleh Jepang dulu, di Indonesia Ikebana ikut masuk. Pasca masa penjajahan itu, di Keraton Yogya, setiap ada perayaan yang penting, rangkaian bungan Ikebana harus turut hadir. Ada beberapa perangkai bunga Indonesia yang ditunjuk pihak keraton agar mengikuti pelatihan ini.

Beberapa di antaranya telah wafat, kini yang masih ada adalah Suliantoro Sulaeman. "Dulu beliau jadi salah satu yang ditunjuk oleh Sultan untuk belajar Ikebana. Lalu mereka belajar sampai sedemikian hebatnya."

Namun karena dulu moda transportasi juga belum semudah sekarang, semua jambangan untuk Ikebana itu harus diimpor langsung dari negeri sakura. Selain mahal ini juga memakan waktu yang lama untuk sampai di tanah air. Akhirnya para perangkai bunga itu berinisiatif menggunakan jambangan buatan Indonesia.

Di kawasan Kasongan, Yogyakarta memang ada pengerajin alat masak dari tanah liat. Setelah dapat izin dari keraton, mereka memesan sebuah jambangan besar. Ini yang juga jadi cikal bakal daerah Kasongan dikenal dengan kreasi tanah liatnya, berupa alat masak dan vas-vas bunga.



(ass/utw)

Hide Ads