"Bagi saya menulis itu adalah membuat persaksian. Melalui audio book ini sudah disampaikan dan direkam dengan baik sekali," katanya saat peluncuran buku audio 'Ronggeng Dukuh Paruk' di Galeri Indonesia Kaya, Jumat malam (7/3/2014).
Ia menceritakan jika tujuannya menulis karya ini karena pergolakan jiwanya. "Saya sudah menjadi saksi mata peristiwa 1965. Persaksian ini saya harapkan bisa didengar sebanyak mungkin manusia, khususnya generasi muda."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mau melalui karya ini, bangsa Indonesia bisa mengambil pelajarannya, dampak samping dari peristiwa 1965," kata sastrawan asal Banyumas ini.
Serta yang terpenting, dari membaca novel ini pemerintah tidak akan kembali mengulang kekejaman dan ketotolan dari peristiwa tersebut.
"Saya berhutang budi sekali kepada Digital Archipelago, kepada emosi dari Butet yang menarasikan karya saya, dan yang membeli buku audio," katanya sambil tersenyum.
(tia/bar)