Bayak juga membuat lukisan perempuan Bali yang sedang menari Legong. Uniknya, dalam kanvas lukisan tersebut terdapat logo restauran cepat saji yang sudah masuk ke Indonesia sejak puluhan tahun lalu.
Tak hanya itu saja, tapi plastik yang berasal dari toko seperti Indomaret, Alfamart, dan Circle K pun banyak dipakainya.
Apakah Bayak tak takut digugat? Ia menggelengkan kepalanya. Menurutnya, justru dengan memakai plastik yang berasal dari tempat tersebut akan makin menyadarkan masyarakat.
"Saya mau kasih tahu bahwa sampah plastik ini juga paling banyak ditemui di setiap jalanan, gang-gang, rumah tangga, toko, kali, dan tempat lainnya," ujarnya kepada detikHOT.
Setiap tahunnya, Bali memproduksi sampah plastik sebesar 10 ribu ton. Dalam 20 tahun mendatang, jumlah itu akan meningkat tajam.
"Saya senang dan berada di dunia berkesenian. Saya ingin berbuat sesuatu yang lebih dengan latar belakang dunia seni yang saya geluti," ujar gitaris dari band indie Bali GEEKSSMILE yang terbentuk tahun 2001 lalu.

Meski bukan termasuk aktivis lingkungan, tapi secara tak langsung proyek 'Plasticology Art' ini membantu mencegah Bali tak rusak alamnya. Gaya lukisan yang dilukisnya pun tak melulu tentang keindahan panorama Bali.
"Saya tak suka gaya pelukis MOOI Indie yang buat lukisan bagus banget tapi sebenarnya tak sebegitu indahnya. Gambar-gambar yang saya buat ini apa adanya seperti kondisi sekarang," kata Bayak.
Dari berbagai kreasi lukisannya ini, Bayak yakin akan mendatangkan segmentasi sekaligus pasar bagi pelukis semacamnya. Hal ini yang diyakininya hingga kini.
"Saya selalu yakin jika mengerjakan sesuatu sesuai dengan ide, konsep, dan hasil jadinya, maka pasar akan mengikuti." Serta, kata dia, agar program ini berjalan terlebih dahulu.
"Tahun ini sudah banyak rancangan program edukasi yang akan saya ajarkan. Pelan-pelan dan saya sangat bersyukur sekali jika berjalan lancar," kata pria kelahiran 27 Juni 1980 ini.
(tia/utw)











































