Ia berhasil mendokumentasikan keseharian Gundono dan memfilmkannya. Lalu memberinya judul 'Gundono adalah Sebuah Kejadian'. Menurutnya, ia adalah sosok yang terbuka, blak-blakan dan ngomong apa adanya.
"Kalau marah yah marah, dan senang yah senang. Enggak pernah tuh pakai topeng, kalau dia suka enggak ada yang ditutup-tutupi," ujar Yayat kepada detikHOT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada satu pengalaman pentas Gundono yang masih dikenang Yayat dalam ingatannya. Petikan adegan ini yang juga ada dalam film dokumenternya.

Saat itu, Garin Nugroho yang juga menjadi tim sukses pencapresan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengundangnya mengisi acara. "Dari awal Gundono enggak suka, tapi karena mas Garin saja, dia mau isi acara ulang tahun Sultan," kenangnya.
Lucunya dari awal pementasan, Gundono justru menyentil sikap Sultan karena ingin nyapres. "Seperti diguyonin terus ngapain sih nyapres, urus Yogya saja."
Lantas lagu yang dibawakan Gundono ketika di atas panggung, baru dibuatnya. Kala itu, ketika menyanyi dengan penuh guyonan, di akhir kalimat ia selalu menambahkan kata 'uwoo..wooo'.
"Itu cerita di belakang layar saja," kata Yayat. Pria yang belajar film dokumenter di Belanda ini juga mengatakan setiap harinya, Gundono selalu bangun pukul 3 subuh.
Ia mengolah vokal dan tubuhnya. Hal ini dilakukan Gundono terus menerus demi menjaga kualitas suara dan fisiknya. Usai subuh, ia sudah melakukan berbagai aktivitas hingga malam tiba.
(tia/utw)