Tahun 2013 lalu, ia berhasil memenangkan kompetisi karya Trimatra Nasional Salihara-Kemenparekraf. Karyanya itu kini dipamerkan di Galeri Salihara hingga akhir bulan ini.
Dengan begitu, Faisal berhasil mengalahkan 157 karya patung yang dikirimkan ke dalam kompetisi tersebut.
"Ada 158 proposal karya yang dikirimkan kepada dewan juri. Dari proposal itu mereka menafsirkan nirmana sebagai ruang untuk melatih kepekaan trimatra," ujar Jim Supangkat saat pengumuman pemenang Desember lalu di Salihara.

Dari situ, diputuskan sebanyak 28 proposal terpilih dari seniman muda yang berusia di bawah 35 tahun. Pada 6 November lalu, pemenangnya terpilih.
Dewan juri dalam kompetisi ini terdiri dari Jim Supangkat, Nirwan Dewanto, Asikin Hasan, Anusapati, Hermawan Tanzil, dan Ridwan Kamil. "Karya Faisal dan Octora melampaui seni patung," ujar Nirwan Dewanto di Salihara.
Meski karya lainnya dalam tanda kutip mendekati seni patung. Ketika melihat karya Faisal akan terlintas bahwa dirinya sedang memparodikan fungsi dari sebuah tempat duduk. "Ia tampak sedang bermain-main dengan kursi kayu dan besi. Dan membentuknya dengan bentuk vertikal dan horizontal," ujarnya.

Faisal sendiri tidak menyangka akan keluar sebagai pemenang juara pertama di kompetisi ini. Apalagi sampai berkesempatan mengikuti residensi di Berlin, Jerman yang diselenggarakan oleh Zentrum fur Kunst and Urbanistik. Program yang didukung oleh Louis Vuitton Indonesia dan Goethe Institut ini akan membawa ketiga pemenang selama sebulan di sana.
"Residensi mudah-mudahan jadi April mendatang selama sebulan. Ini jadi salah satu kesempatan besar buat aku untuk berkarya lebih baik lagi," katanya kepada detikHOT akhir pekan lalu di Galeri Salihara.
(tia/utw)