Tak Harus Seniman Patung, Trimatra Bisa Jadi Karya Seni Profesi Apapun

Karya Seni Rupa 'Trimatra' (2)

Tak Harus Seniman Patung, Trimatra Bisa Jadi Karya Seni Profesi Apapun

- detikHot
Senin, 10 Feb 2014 09:19 WIB
Nirwan Dewanto. (dok. Salihara/Tia Agnes Astuti/detikHOT)
Jakarta - Program direktur Komunitas Salihara, Nirwan Dewanto mengatakan karya-karya dari seniman Faisal Habibi dan Octora Chan mampu melampaui seni patung. "Ada beberapa juga yang mendekati seni patung dalam tanda kutip," ujarnya kepada detikHOT di Galeri Salihara.

Karya seni rupa trimata, kata dia, merupakan kata sifat yang menjembatani antara masa lalu dan masa depan dari seni patung itu sendiri. Ia juga mampu mengantar kita kepada pendekatan benda sehari-hari.

"Karya trimatra di pameran ini seperti sindirian dan menyadari ada ironi yang dikandungnya," ujarnya. Nirwan menjelaskan jika khazanah seni patung dalam pameran 'Di Antara/ In Between' tidak lagi disebut patung.

Pasalnya, para pengunjung dan kurator pameran dihadapkan oleh benda sehari-hari. Seperti kursi, pistol, granat, sepatu, gembok, dan sebagainya.

Bahkan bisa jadi, para seniman muda ini mencari potongan-potongan dari seni patung dan desain, kriya dan instalasi. Melalui karya-karya mereka, kita bisa mempersoalkan kelaziman dari kualitas seni dari wujud tiga dimensi.

Salah satu perupa lainnya, Pritha Fitria Natasha Bekti mengatakan dengan berkembangnya seni trimatra, para seniman tidak terpaku lagi untuk membuat karya patung tradisional.

"Kita berangkat dari material yang banyak dan bahan yang sudah dilihat sehari-hari. Akhirnya, saya pikir semuanya bisa masuk menjadi trimatra," ujarnya kepada detikHOT.



Mata kuliah yang diajarkannya saat kuliah seni rupa di ITB ini pun kian membukakan matanya. Patung tidak lagi berbentuk seperti 'berhala'. "Saya pikir semuanya sudah menjadi cair," kata Pritha.

Para pemenang kompetisi ini pun memperlihatkan kedalaman proses peciptaan trimatra. Di antaranya gagasan, ketukangan, dan kerapian.

Karya trimatra menurut kurator pameran, Jim Supangkat juga menjawab karya seni patung yang melampaui batas konvensi yang ada. "Patung tradisional itu membuat pakem yang ketat. Sedangkan di trimatra bisa siapa saja buat, entah arsitek, grafis, pematung dan lain-lain," katanya.

(tia/utw)

Hide Ads