Dari filosofi dasar ini, sejumlah mahasiswa jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Jakarta membuat sebuah organisasi di luar kampus.
"Awalnya sebelum grafiti dan mural, kami lebih sering buat poster," ujar salah satu pendiri, MG Pringgotono kepada detikHOT di galeri Serrum, Jalan Gurame 3, Jakarta Timur, Kamis (30/1/2014) lalu.
Fokus organisasi ini adalah pada kegiatan seni rupa dan pendidikan, sesuai dengan latar belakang para mahasiswa tersebut. Lambat laun, kata pria yang akrab disapa MG, Serrum menjadi salah satu wadah kreativitas bagi para perupa UNJ.
"Kami juga membawahi beberapa komunitas kecil, atau komunitas angkatan jurusan Seni Rupa UNJ lainnya. Secara tidak langsung terbentuk," ujarnya.
Selain MG, pendiri Serrum lainnya adalah Arif Kurniawan, Arief Rachman, M.Sigit Budi, Gunawan Wibisono, dan RM Herwibowo pada 2006 silam. Namun sejalannya waktu, komunitas ini tak hanya beranggotakan perupa UNJ, justru banyak kawan-kawan lainnya yang juga berasal dari luar UNJ.
Kegiatannya pun tidak melulu dalam dunia berkesenian saja, tapi mereka sering mengadakan lokakarya menggambar ke sekolah-sekolah bagi anak-anak. Tak hanya itu saja, setiap tahunnya menjelang malam pergantian tahun baru, Serrum membuat karya seni mural, grafiti, stensil, poster, dan sebagainya di beberapa titik.
Khusus jelang penutupan tahun 2013, menurut anggota Serrum lainnya, Arief Rachman mereka membuat mural di dua titik yaitu di bawah underpass Dukuh Atas dan Slipi, Grogol. "Kami gowes ke sana," ujarnya kepada detikHOT.
Namun untuk yang kawasannya jauh, ada juga yang menggunakan motor sebagai kendaraannya. "Saat malam tahun baru, biasanya kan elo bingung mau ke mana. Nah, ini ada acara yang positif banget. Mari menyentil resolusi tahun depan melalui karya ini," kata Rachman.
Proyek ini bernama OR. "Sampai sekarang masih berjalan. Proyek OR ini sudah ada sebelum Serrum berdiri 2006." Pasalnya, mereka terlebih dahulu membuat wadah bernama Propagraphic Movement.
Serrum sudah melakukan banyak kegiatan dan bekerja sama dengan instansi, lembaga swadaya masyarakat, maupun komunitas lainnya. Tak hanya Dinding Berpuisi bersama Barisan Pengingat saja.
Tapi, mereka juga pernah membuat 'Mural Ilusi' di tengah Jalan Jaksa, Jakarta Pusat. Di sana terdapat kursi dan meja laiknya sedang makan di pinggir rumah makan. Selain itu, juga terdapat action painting '1000 Harapan'.
Komunitas ini juga membuat mural anti korupsi. Seperti ketika bekerja sama dengan Transparansi Indonesia sejak 2011 lalu. Mereka sudah membuatnya di beberapa kota di antaranya Aceh, Bandung, dan Yogyakarta.
"Dari yang mural anti korupsi, sampai yang artistik pun kami buat. Dari yang kerja sama sampai karya sendiri juga ada," ujar pria jurusan Seni Rupa UNJ Angkatan 1998 ini.
Di beberapa kegiatan, komunitas ini pun sering mengadakan diskusi mengenai seni rupa. Di antaranya saat persentasi hasil residensi periset Riksa Afiaty di Rumah Cemeti, Yogyakarta pekan lalu.
(tia/ass)











































