"Garudayana berawal dari eksperimen saya dalam menggabungkan gaya gambar manga (komik Jepang) dengan cerita pewayangan, dengan konsep fantasi, dan ditujukan untuk pembaca anak-remaja," katanya kepada detikHOT melalui surat elektronik Sabtu pekan lalu.
Pria kelahiran 22 Juni 1981 ini juga mengatakan dalam komik karyanya ia mengambil sudut pandang melalui tokoh baru yang orisinal yaitu Kinara dan Garu yang memang tidak ada dalam tokoh pewayangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini komik yang diterbitkan pada 2009 lalu sudah ada dua volume. Sebelumnya, Is berada di bawah penerbit Koloni M&C namun tahun lalu pindah penerbit ke CAB. Jadilah versi komik 'Garudayana Saga' yang lebih lengkap dan bagus kualitasnya.
Is menjelaskan inspirasi yang didapatkannya lantaran sejak masih kecil ia sangat menyukai membaca komik. "Saya termasuk generasi yang beruntung."
Komik pewayangan karya Ardisoma dan Kosasih sudah dilahap habis olehnya. Tak hanya komik Indonesia saja, tapi komik Amerika, Eropa, Hongkong hingga Jepang dan semua gaya komik pun dipelajarinya.

"Saya juga mendalami karakter gaya gambar manga. Lalu mengeluarkan debut komik pertama saya," jelasnya.
Selain 'Wind Rider', Is sudah menerbitkan komik berjudul Knights of Apocalypse (2007-2009) yang bergenre fantasi futuristik. "Tapi tetap saja pada akhirnya saya menggali kesukaan saya ketika kecil dulu yakni kisah pewayangan."
Volume ketiga dari komik 'Garudayana' akan diterbitkan pada Februari mendatang. "Rencananya kisah selanjutnya akan ada banyak tokoh pewayangan, dan menampilkan kisah perang kolosal," kata komikus yang mengidolakan karya-karya dari Ardisoma (Wayang Purwa), Teguh Santosa (Mahesa Jenar), dan Dwi Koendoro (SawungKampret) ini.
(tia/utw)