Kesuksesan film seperti 99 Cahaya Islam di Langit Eropa, Pesan dari Surga, Denias dan masih banyak lagi tak lepas dari kemahirannya menempa akting para bintang film kita.
Ia menjelaskan bagaimana perbedaan rasa dan pengalaman sebagai aktor dan sebagai pelatih akting. "Sebagai pemain, saya berupaya untuk berperan dengan baik dan benar. Ketika menjadi pelatih saya berusaha memaksimalkan potensi pemain agar bisa memainkan perannya dengan baik dan benar pula," ujarnya kepada detikHOT melalui surat elektronik (22/01/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak heran, Arswendy yang tadinya merupakan seorang aktor akhirnya tercemplung pada profesi pelatih akting. "Awalnya ada seorang sutradara yang meminta agar saya melatih pemainnya, yang kesulitan menemukan cara mendalami perannya."
***
Menurut Arswendy ada beberapa elemen yang wajib ada dalam sebuah pelatihan berakting. Dimulai dari analisa karakter, mencermati hubungan antar karakter, para aktor juga dituntut untuk mengasah kepekaan indera dan potensi dirinya.
"Mengasah kepekaan tubuh, suara, imajinasi dan pengamatan. Juga melatih improvisasi dan kepekaan musikalitasnya," jelasnya.
Dalam sekian banyak judul film yang melibatkan keterampilannya dalam melatih akting para pemain, bagi Arswendy ada beberapa yang sangat berkesan.
Antara lain Rindu Kami padamu, Belahan Jiwa, Opera Jawa, Denias, 99 Cahaya Islam di Langit Eropa, Merah Putih, King, Serdadu Kumbang, Pesan dari Surga. "Film-film tersebut mempunyai tokoh-tokoh yang sangat berkarakter dan unik. Di samping itu para pemainnya memliki talenta yang menjanjikan."
Profesi pelatih akting kini memang memiliki peran yang krusial dalam ranah seni peran Indonesia. Selain sangat membantu para pemain untuk eksplorasi dan mendalami karakter dengan tepat dan piawai, ini sekaligus mendidik pemain film maupun teater untuk semakin mengenal dunia seni peran itu sendiri.
***
Meski begitu, profesi khusus yang membantu pemain mendalami aksen memang belum banyak disentuh. Selain ini masih sering menjadi cakupan kerja pelatih akting ketika coba mengasah kepekaan suara dan pengamatan, para pemain teater maupun film Indonesia juga bisa memanfaatkan teknologi yang ada.
"Pada umumnya para aktor kita kini berkembang baik, seiring dengan kecanggihan teknologi informasi.Mereka belajar dari apa yang dilihat dan punya minat serius untuk menggali setiap peran yang di berikan padanya."
Walau menurutnya kadang ini masih kurang dibarengi dengan latihan dan pengamatan yang intens. "Masih cenderung instan dari apa yang dilihat dan menurutnya bagus untuk ditiru," ujarnya.
(ass/utw)