Keindahan ukiran bergaya dinamis pada kalung, gelang, cincin dan antingny dijamin akan membikin jatuh hati. Semua ini adalah karya dari Xenia Palar.
Seniman alumnus kriya tekstil di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung ini mengakui bahwa sejak awal memilih jurusan kriya tekstil karena jatuh cinta dengan keragaman motif yang dimiliki negeri ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak heran, ketika memamerkan 4 set karyanya yang terdiri dari bangle, choker, kalung, anting, cincin dan sabuk di Biennale Desain dan Kriya Indonesia 2013 ia mengadaptasi harta karun Nusantara.
Dengan tema 'Eastern Treasury' salah satu set perhiasan karya Xenia menginterpretasi kembali motif parang, yang merupakan khas dari batik Jawa Tengah. Motif ini memiliki makna kekuatan, dahulu, parang hanya boleh dikenakan oleh raja atau kalangan bangsawan.
Kini memang parang bisa dipakai siapa saja, bahkan Xenia mengembangkan kebakuan dari motif ini. "Motif parang yang baku, dikembangkan lebih ekspresif, sehingga layak digunakan sebagai perhiasan," jelasnya.
Dengan media utama Silver Sterling 925, pemilik toko perhiasan Runa Jewelry ini harus melakukan banyak observasi budaya. Selain motif batik, ia menjelaskan bahwa ada motif yang ia serap lewat konservasi alam.
"Karya ini terinspirasi dari archipelago atau negara kepulauan, motif batik dan juga motif yang saya serap melalui observasi alam." Jadi dari observasi budaya Indonesia yang multikultural Xenia bisa dibilang hampir tak pernah kehabisan ide untuk berkreasi.

Baginya kita harus mencintai perkerjaan dan kesempatan sehingga kuat menghadapi tantangan untuk terus menjadi pribadi yang lebih kreatif. "Kreatifitas itu abadi, tak pernah berakhir."
Untuk menyelesaikan karyanya ini, ia memerlukan waktu satu setengah bulan. "Karya ini dibuat lewat proses pengerjaan yang detail. Sebagai karya yang halus ini sangat menantang," ujar Xenia kepada detikHOT (29/12/2013).
Ya pasti ia harus sangat berhati-hati, bahkan Xenia memerlukan empat jenis teknik dalam proses produksinya. "Filigree, wire-bending, granulation dan repousse. Keempat teknik ini merupakan gaya teknik asli asal Nusantara, yang kebanyakan dipakai di Bali & Jawa Tengah."
Dalam tiap perhiasannya, sebenarnya perempuan kelahiran 21 April 1977 ini menanamkan sebuah pesan. Yakni soal pengembangan budaya multikultural, juga soal kesadaran sebagai masyarakat negara kepulauan.
"Dan yang terakhir adalah fakta bahwa pemikiran konvensional ternyata berpotensi untuk dikembangkan menjadi sesuatu yang kekinian dan indah. Kemerdekaan berimajinasi yang dituangkan bisa menjadi hal apapun tanpa harus mengurangi kualitas nilai kultur yang sudah ada," ungkapnya.
(ass/utw)