Ia mengangkat tema dari unsur yang disebutkan oleh perempuan berusia 21 tahun sebagai The Roschach Test, yakni sebuah metode evaluasi psikologi yang dibuat oleh Hermann Rorschach pada tahun 1921 untuk menjelajahi perspektif pengelihatan orang terhadap sebuah gambar abstrak.
"Dan itu adalah yang saya ingin tampilkan, sebuah motif abstrak yang bisa dibaca orang dengan perspektif masing-masing," ujarnya kepada detikHOT (27/12/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Riset yang saya paling perdalam adalah bagaimana terbentuknya hasil akhir dari motif yang saya desain bisa menjadi satu kesatuan. Dari riset ini saya menemukan teknik-teknik baru yang saya sebut teknik kunci." Teknik kunci ini ia jelaskan sebagai teknik dimana potongan-potongan bisa terkait dengan yang lainnya.

"Saya menggunakan teknik lasercut untuk memotong motif pada bahan - bahan yang saya pilih, yaitu kulit dan rubber. Saya menggunakan teknik paper transfer printing dibahan neoprene agar hasil desain gambar jadi lebih maksimal dan terkesan 3D," jelasnya.
Alumnus sekolah mode, Esmod Jakarta jurusan Fashion Design dan Pattern Making ini pun menjelaskan proses eksekusi proyeknya.
"Proses eksekusi dari motif ke ilustrasi dilakukan menggunakan komputer dan juga manual tes. Dalam pembuatan ilustrasi, banyak bertambah ide-ide baru. Dari kain yang sudah di olah, muncul lah teknik yang diluar ekspetasi dan disana saya mulai improvisasi karya untuk hasil yang lebih maksimal."
Untuk inspirasi rancangan karyanya kali ini, ia mengaku ini didapat dari kehidupan seorang alien di dimensi lain. Ini merupakan upayanya membuat citra dan konten baru dari dunia alien. Ia memilih untuk menguak dunia yang lain, dimana ini ada dari imajinasinya sendiri, agar mendapatkan originalitas untuk membuat karya. "Saya menceritakan cerita saya, bukan menceritakan kembali cerita yang pernah ada."
***
Savira mengaku dengan keikutsertaan pada Biennale desain Indonesia yang pertama ini, ia merasa karyanya lebih diapresiasi dan dihargai. "Setelah melihat karya-karya seniman lainnya yang kreatif dan berdedikasi, tentunya itu merubah perspektif saya terhadap kebudayaan kita yang beraneka ragam," tuturnya.
Biennale ini juga mengajarkannya untuk membuat inovasi baru di dalam seni. Keikutsertaannya pada Biennale Desain dan Kriya Indonesia 2013 ini karena undangan dari salah satu kurator acara ini, Taruna Kusmayadi.
Taruna sebelumnya pernah melihat karya Savira di acara Esmod Jakarta Fashion Festival. Savira menjelaskan sedikit soal proses kurasi di kegiatan ini. "Pada saat kurasi, saya menjelaskan apa yang saya ingin wujudkan. Diproses ini, saya diberi kebebasan dan diberi kepercayaan untuk mewujudkannya."
Savira sendiri menjelaskan alasan awal ia terjun ke dunia desain untuk fashion. "Karena fashion adalah salah satu bidang dimana saya bisa terhubung langsung dengan penikmat seni dan disaat dipakainya karya, kepuasan muncul dengan sendirinya," jelas Savira.
(ass/utw)











































