"Sejak 1995 kami terbentuk, Suarasama sudah mengikuti berbagai festival musik dunia dan tanah air. Album pertamanya saja diluncurkan di Prancis," kata Irwansyah Harahap kepada detikHOT.
Tak hanya itu saja, album 'Fajar di Atas Awan' juga dirilis ulang oleh Drags City, label independen dari Chicago, Amerika Serikat. Album ini termasuk ke dalam 'the best world music album 2008' versi San Fransisco Chronicle.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Irwansyah melanjutkan jika tren ini sudah dikenal luas oleh masyarakat dunia. "Tapi di Indonesia belum familiar," ujarnya.
Dosen pascasarjana program Penciptaan dan Pengkajian Seni, jurusan Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara juga menerangkan pengertian dari tren musik dunia. "Disebut juga world fusion yaitu memfusikan tradisi dunia dalam satu genre."
Lantaran sudah membuat empat album dan yang terkini berjudul 'Timeline' (2013), Irwansyah dan Ritha berencana akan lebih mempromosikan Suarasama di kancah dalam negeri.
"Untuk internasional kayaknya sudahlah, Indonesia saja dan ke daerah-daerah yang kaya seni musik kami mau tambah perkenalkan. Jadi memang ada satu genre yang isinya pencampuran budaya dunia. Itu yang masih belum diketahui," kata Irwansyah.

Duo Suarasama ini pun akan promosikan album terbarunya dan memperkenalkan tradisi musik dunia. Seperti, kata dia, komposisi musik dari Afrika, Melayu, Timur Tengah, dan musik Sumatera Utara.
Di kampung halamannya Medan, mereka juga membuka galeri, workshop, dan seni pertunjukkan bagi siapa saja yang ingin belajar tren seni dunia.
"Bebas untuk umum, mau mahasiswa atau pengamat dunia musik yang mau diskusi silahkan datang ke kami," ujar Irwansyah.
(utw/utw)