Pameran Lukisan Kartun, Bicara Feminisme Hingga Sekolah Seni

Pameran Lukisan Kartun, Bicara Feminisme Hingga Sekolah Seni

- detikHot
Jumat, 18 Okt 2013 16:21 WIB
Jakarta - Seniman perempuan asal Brooklyn, Juliano-Villani menggelar sebuah pameran seni yang berjudul 'Me, Myself and Jah’ di Rawson Projects, New York, Amerika Serikat. Dalam pameran yang diselenggarakan pada 14 September 2013 hingga 20 Oktober 2013 itu, Juliano menyuguhkan lukisan yang kaya dengan warna terang khas kultur pop.

Berbagai benda seperti jam dinding, lampu jalan atau kulkas tampil hiperbola khas lukisan bergaya kartun. Setidaknya gaya fantasi surealis yang ditorehkan dengan presisi grafis coba disuguhkan oleh pelukis berusia 26 tahun itu, dalam delapan karya yang ia pamerkan disini. Ini seolah memberi jembatan antara imajinasi dan kenyataan.

Juliano banyak dipengaruhi oleh kepekaan gaya pop James Rosenquist dan pendeskripsian libido dari Robert Crumb. Pelukis muda ini melewatkan gelar sarjana seni saat di tingkat akhir karena memilih untuk bekerja di studio lukis Erik Parker. Maka sentuhan lukisan Juliano pun tampak banyak dipengaruhi oleh Erik Parker.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aku belajar lebih banyak tentang bagaimana melukis saat bekerja dengan pelukis yang aku hargai, dibandin keseluruhan pelajaran yang aku dapatkan di bangku kuliah. Pekerjaanmu yang membayar uang sewamu, ini juga membuat kita belajar jadi lebih cepat kan?" ujarnya seperti dilansir dari Huffington Post (18/10/2013).

Meski lukisannya berbau unsur kartun, Juliano mengaku bukan seorang penggemar karya kartun. "Semua orang selalu berasumsi aku menyukai katun. Ya aku berusia 26 tahun dan aku masih anak-anak di era 90-an, kartun mampu menyambungkan hal ini. Lagipula kualitas grafis di kartun mampu membunuh kecenderungan untuk abstraksi. Aku suka hal yang eksplisit."

Dalam pehamanannya soal feminisme, ia juga menyadari bahwa gambar perempuan, yang khas buatan perempuan, hanya diminati oleh perempuan. Sementara penggambaran tubuh perempuan lebih sering dilukiskan lebih berani dan vulgar digambarkan oleh laki-laki.

"Mereka sepertinya bisa melukis apapun yang mereka inginkan. Saya coba gunakan metode yang sama untuk melukis apapun yang saya inginkan," jelasnya. Tak heran, berbagai figur perempuan di lukisannya tampil vulgar, seperti dilukiskan seperti laki-laki.

(utw/utw)

Hide Ads